Liputan6.com, Jakarta - Pendiri sekaligus CEO Huawei, Ren Zhengfei, mengungkap keinginannya untuk bertemu dengan Presiden AS Joe Biden.
Jika benar terjadi, pertemuan itu kemungkinan untuk memulihkan hubungan antara Amerika Serikat dengan Huawei.
Advertisement
Kepada sejumlah media internasional di Tiongkok, Ren Zhengfei menyatakan kesediaannya untuk bicara dengan Presiden AS Joe Biden. Ia juga mengharapkan pemerintahan baru AS akan lebih terbuka dalam hal kebijakan.
"Saya akan menyambut panggilan telepon seperti itu dan pesan seputar pengembangan (teknologi) dan kesuksesan bersama," kata Ren Zhengfei, dikutip Tekno Liputan6.com dari The Verge, Rabu (10/2/2021).
"Amerika Serikat ingin memiliki pertumbuhan ekonomi (yang baik) dan Tiongkok juga ingin memiliki pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Lebih lanjut, Ren Zhengfei juga mengatakan, jika kapasitas produksi Huawei bisa ditingkatkan, akan lebih banyak kesempatan bagi perusahaan-perusahaan AS untuk memasok komponen.
Masih Berharap Bisa Berbisnis dengan Google
"Saya percaya, hal tersebut akan menguntungkan kedua pihak. Saya percaya, pemerintahan baru akan memikirkan kepentingan bisnis dalam memutuskan kebijakan barunya," tutur Ren Zhengfei.
"Kami masih berharap bisa membeli bahan-bahan, komponen, dan peralatan Amerika dalam jumlah jumlah besar sehingga kita semua bisa memperoleh manfaat dari pertumbuhan Tiongkok," ujarnya.
Perlu diketahui, saat ini Huawei tidak bisa berbisnis dengan perusahaan AS karena pemerintah Trump sebelumnya menempatkan Huawei dalam daftar hitam perdagangan. Alasannya karena ada kekhawatiran atas keamanan nasional AS.
Gara-gara hal ini, Huawei tidak mendapatkan lisensi Android dari Google dan ini sangat menghambat bisnis smartphone-nya di luar Tiongkok. Pasalnya kini mayoritas konsumen banyak negara bergantung pada layanan Google.
Advertisement
Tak Akan Jual Bisnis Smartphone
Huawei pun menjual anak perusahannya, Honor, untuk melindungi mereknya dan memungkinkan Honor untuk terus memproduksi smartphone. Ren Zhengfei menepis rumor bahwa Huawei mungkin melakukan hal yang sama untuk divisi smartphone-nya.
"Kami memutuskan, tidak akan menjual bisnis smartphone," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Ren juga menyebut, iPhone 12 sebagai smartphone terbaik di dunia dan hal itu membantu mendukung jaringan 5G Huawei.
"Pelanggan kelas atas di Eropa menyukai Apple. Karena Huawei tidak lagi memiliki perangkat premium, ponsel Apple telah membantu kami membuktikan bahwa teknologi 5G Huawei bagus," tuturnya.
(Tin/Ysl)