Liputan6.com, Jakarta - Dalam program vaksinasi massal, pemerintah membutuhkan 366 juta dosis vaksin Covid-19 untuk masyarakat Indonesia. Setidaknya dana yang dibutuhkan mencapai Rp 74 triliun.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo mengatakan pemerintah memiliki dana yang cukup untuk membeli vaksin tersebut. Bahkan dana burden sharing dari Bank Indonesia tahun 2020 lalu masih belum digunakan sebesar Rp 47 triliun.
Advertisement
"Dana burden sharing tahun lalu kan belum dipakai. Masih ada sisa Rp 47 triliun buat beli vaksin," kata Perry dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) di Komisi XI DPR-RI, Jakarta, Selasa (9/2).
Sehingga, dana yang dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan vaksin tinggal Rp 27 triliun. Meski begitu, perry menegaskan, pemerintah sudah mengalokasikan dana untuk membeli vaksin Covid-19.
"Di APBN 2021 ini ada alokasinya, soal dana (beli vaksin) sudah ada," kata dia.
Selain memastikan ketersediaan vaksin, implementasi program vaksinasi juga menjadi dinilai sudah lebih baik. Prosesnya sedang berlangsung secara bertahap yang dimulai dari para tenaga kesehatan dan di wilayah-wilayah epicentrum penyebaran virus.
Tantangan lainnya yang akan dihadapi yakni menghilangkan ketakutan masyarakat untuk kembali beraktivitas setelah divaksin. Setelah program vaksinasi ini, sektor konsumsi dituntut untuk kembali bergerak agar pemulihan ekonomi nasional bisa berjalan lebih cepat.
"Sekarang ini PR-nya cuma bagaimana menghilangkan ketakutan orang untuk belanja, produksi dan lebih lagi. Bisa tidak vaksin ini juga disambungkan untuk buka sektor produktif dan aman," tuturnya.
Perry juga mengusulkan agar vaksinasi juga bisa dilakukan di pusat kegiatan ekonomi seperti Tanah Abang atau mall. Vaksinasi mandiri ini dorong untuk mempercepat pertumbuhan permintaan di masyarakat.
"Sehingga orang yang punya dana bisa belanja untuk meningkatkan demand karena tidak semua bisa dijaga fiskal," kata dia mengakhiri.
Reporter: Anisyah Al Faqir
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Bio Farma Siap Terima Bibit Vaksin Merah Putih pada Maret 2021
Juru Bicara Vaksinasi PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto, menyatakan pihaknya siap menerima seed vaccine atau bibit vaksin dari Lembaga Biologi Molekuler Eijkman. Bibit vaksin tersebut akan diserahkan pada Maret 2021 untuk kemudian melalui uji praklinik dan uji klinik, serta diproses untuk perizinan.
Bambang mengatakan, Bio Farma sudah memiliki pengalaman lebih dari 130 tahun di dunia vaksin. Berdasarkan pengalamannya, maka dua hal utama yang harus disiapkan untuk pengujian vaksin ini, yaitu dari sisi Sumber Daya Alam (SDA) dan fasilitas.
Selain itu, Bio Farma pun disebut sudah memiliki pengalaman memproduksi vaksin Hepatitis B berbasis yang sama dengan vaksin merah putih. Vaksin Covid-19 dari Eijkman ini berbasis pada platform protein rekombinan.
"Untuk vaksin merah putih berbasis rekombinan, kami juga sudah punya kompetensi itu. Saat ini Bio Farma juga sudah mengembangkan dan bahkan bisa memproduksi sendiri vaksin Hepatitis B berbasis yang sama, yaitu rekombinan," ucap Bambang dalam diskusi daring "Vaksinasi Kian Meniti, Indonesia Bebas Pandemi" pada Selasa (9/2/2021).
Menurut dia, prosesnya akan mirip mulai dari hulu ke hilir. Dalam hal ini, termasuk mengenai teknologi dan fasilitas yang digunakan untuk bibit vaksin Covid-19 tersebut.
"Jadi kami 100 persen siap menerima kandidat vaksin dari Eijkman untuk kita lakukan proses lebih lanjut, dan mudah-mudahan bisa segera dilakukan," katanya.
Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi COVID-19 Kemenristek, Ali Ghufron Mukti, mengatakan target ketersediaan vaksin merah putih akan berbeda-beda. Hal ini karena pengembangannya dilakukan oleh beberapa pusat dan lembaga, termasuk Eijkman, Universitas Airlangga (Unair), Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Indonesia.
Sementara Eijkman akan menyerahkan bibit vaksin ke Bio Farma pada Maret, atau paling lambat April 2021, uji klinis Unair ditargetkan akan selesai pada akhir 2021 dan mendapatkan Emergency Use Authorization (EUA) dari BPOM.
"Sehingga akhir 2021 vaksin Unair bisa diproduksi, tapi jumlahnya belum banyak. Itu target untuk Unair," jelasnya.
Advertisement
Bio Farma Sudah Produksi Lebih dari 10 Juta Vaksin Covid-19
Juru Bicara Vaksinasi PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto, mengungkapkan pihaknya telah memproduksi 11 batch vaksin Covid-19 dari total target 13 batch.
Dalam satu batch ada sekitar 950 ribu dosis, tapi diharapkan dari total 13 batch ini nanti bisa menghasilkan 13 juta dosis pada 11 Februari 2021.
Total 13 batch yang akan diproduksi ini merupakan bahan baku (bulk) gelombang pertama yang diterima oleh Bio Farma pada Januari 2021. Bio Farma pada 12 Januari 2021 telah menerima bahan baku sebanyak 15 juta dosis dengan tambahan overfill 1,5 juta.
Jika menggunakan hitungan satu batch terdiri dari 950 ribu vaksin, maka Bio Farma saat ini sudah memproduksi 10,4 juta dosis.
"Update terakhir sampai tanggal 8 Februari 2021, sudah ada 11 batch diproduksi. Tiga batch sudah dilakukan uji dan memenuhi syarat dari BPOM (Badan Pengawas Obat dan Makanan)," ungkap Bambang dalam diskusi daring "Vaksinasi Kian Meniti, Indonesia Bebas Pandemi", pada Selasa (9/2/2021).
Kendati demikian, vaksin Bio Farma ini masih menunggu persetujuan penggunaan dari BPOM, sebelum akhirnya bisa digunakan oleh masyarakat.
Sementara proses produksi bahan baku yang datang pada 2 Februari 2021, akan dimulai pada 14 Februari 2021 dan diharapkan selesai pada 20 Maret 2021. Waktu produksi yang cukup lama ini disebabkan keterbatasan fasilitas produksi.
"Ini menunggu dulu, bergiliran karena kita baru menggunakan satu fasilitas produksi," tutur Bambang.
Indonesia pada awal Februari ini mendapatkan kiriman 10 juta bahan baku vaksin ditambah satu juta overfill dari Sinovac. Sehingga total ada 11 juta dosis bahan baku untuk pembuatan vaksin Covid-19 yang diterima.