Pertamina Terbitkan Obligasi Global USD 1,9 Miliar

PT Pertamina (Persero) memprediksi membukukan laba pada akhir 2020 sebesar USD 1 miliar atau sekitar Rp14 triliun.

oleh Agustina Melani diperbarui 09 Feb 2021, 18:34 WIB
Pertamina telah menyepakati penjualan gas bumi untuk tiga sektor utama yakni pupuk, baja dan industri.

Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) telah terbitkan surat utang global atau obligasi global senilai USD 1,9 miliar dengan tenor berbeda.

Mengutip laman Bursa Efek Singapura, Selasa (9/2/2021), pertama obligasi global senilai USD 1 miliar. Obligasi ini memiliki kupon 1,4 persen dan jatuh tempo pada 2026. Kedua, obligasi global senilai USD 900 juta yang memiliki kupon 2,3 persen. Obligasi ini jatuh tempo pada 2031. Obligasi tersebut akan dicatatkan pada Rabu, 10 Februari 2021.

Yang bertindak sebagai joint lead managers dan bookrunners obligasi itu antara lain BNP Paribas, Citigroup Global Markets Inc, Credit Agricole Corporate and Investment Bank, Mandiri Securities Pte Ltd, MUFG Securities Asia Limited, SMBC Nikko Capital Markets Limited and Societe Generale.

Selain itu, PT Pertamina (Persero) memprediksi membukukan laba pada akhir 2020 sebesar USD 1 miliar atau sekitar Rp14 triliun.

"Kalau kita ingat di posisi semester pertama 2020 kita dalam posisi rugi di sekitar Rp11 triliun. Alhamdulillah di posisi Desember tahun ini secara in house closing unaudited membukukan laba sekitar 1 miliar dolar AS atau sekitar Rp14 triliun," ujar Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama komisi VII DPR RI di Jakarta, Selasa, seperti dilansir dari Antara.

Ia menambahkan, raihan laba itu berpotensi bertambah seiring dengan berbagai upaya perseroan melakukan strategi efisiensi dari biaya usaha hingga biaya operasional.

"Mudah-mudahan masih ada tambahan upside lagi karena audit masih belum selesai baik itu audit oleh KAP (kantor akuntan publik) ataupun audit oleh BPK (Badan Pemeriksa Keuangan)," ujar dia.

Ia bersyukur Pertamina masih dapat membukukan laba di tengah pandemi COVID-19, masih lebih baik dibandingkan beberapa perusahaan migas dunia seperti British Petroleum (BP) dan Exxon yang mencatatkan rugi.

"Alhamdulillah kami dengan berbagai upaya sudah bisa menekan kerugian dan perseroan bisa mencatatkan hasil positif di akhir tahun 2020," ucapnya.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Realisasi Investasi

Langit Biru yang berpadu dengan Gedung Pertamina Pusat (dok. Linda)

Dalam kesempatan itu, Emma juga menyampaikan, investasi perseroan yang dianggarkan sebesar USD 6,4 miliar, terealisasi sebesar USD 4,7 miliar.

"Ada beberapa yang memang kita lakukan prioritas ulang dan ada beberapa memang yang tidak terealisasi karena pandemi covid-19," ujar dia.

Mengenai tren penjualan di kuartal kuartal IV, lanjut dia, mengalami kenaikan seiring dengan pelaksanaan marketing strategy yang optimal.

Ia menambahkan kemudian juga terdapat pengakuan marketing fee yang berkoordinasi dengan SKK migas, ESDM dan Kemenkeu sehingga bisa menambah posisi revenue di tahun 2020.

"Berbagai upaya sudah kita lakukan yang pada akhirnya, Alhamdulillah bisa membukukan laba di sekitar 1 miliar dolar AS dan tentunya ini masih proses audit," ujar dia.

Sementara itu, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan secara garis besar, pandemi Covid-19 menurunkan semua permintaan namun perseroan tetap mengoperasikan seluruh fasilitas dan operasi dari hulu hingga hilir.

"Sehingga kami tidak ada melakukan pemutusan hubungan kerja. Dan alhamdulillah kita bisa membukukan keuntungan di tahun 2021," kata dia.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya