AS Umumkan Posisinya Terhadap Iran untuk Pemerintahan Joe Biden

Amerika Serikat mengklarifikasi mengenai posisinya terhadap Iran.

oleh Liputan6.com diperbarui 10 Feb 2021, 12:18 WIB
Presiden Amerika Serikat Joe Biden setelah menandatangani Perintah Eksekutif yang membatalkan larangan bagi transgender untuk masuk militer AS pada era Donald Trump di Kantor Oval Gedung Putih, Washington, Senin (25/1/2021). (AP Photo/Evan Vucci)

Liputan6.com, Jakarta Amerika Serikat memberikan pernyataan soal posisinya terhadap Iran setelah Presiden Joe Biden, dalam sebuah wawancara, mengindikasikan bahwa AS tidak akan mencabut sanksi hingga Iran menghentikan pengayaan uranium.

"Sekedar untuk memperjelas, presiden persisnya tidak pernah mengatakan itu," kata Juru Bicara Gedung Putih Jen Psaki kepada para wartawan, Senin (8/2), demikian dikutip dari laman VOA Indonesia.

Biden, dalam sebuah wawancara televisi yang disiarkan pada Minggu (7/2), mengangguk tanda setuju ketika penyiar jaringan televisi CBS, Norah O'Donnell, bertanya tentang pencabutan sanksi dan apakah Iran harus terlebih dahulu menghentikan pengayaan uranium pada tingkat yang lebih tinggi daripada yang diizinkan berdasarkan Rencana Perjanjian Komprehensif Bersama (JCPOA). Amerika Serikat mundur dari JCPOA di bawah pemerintahan Donald Trump.

"Saya pikir jika kami mengumumkan perubahan kebijakan besar, kami akan melakukannya dengan cara yang berbeda dari sekedar anggukan kecil kepala," kata Psaki dalam konferensi pers di Gedung Putih, Senin (8/2), ketika ditanya tentang posisi presiden tentang Iran.

Biden mengatakan dia ingin Amerika bergabung kembali dengan perjanjian nuklir itu.

Ketika ditanya langsung dalam wawancara CBS News apakah Amerika akan mencabut sanksi terlebih dahulu agar Iran kembali ke meja negosiasi, Biden hanya menjawab, “Tidak.”

 

Load More

Simak video pilihan di bawah ini:


Cadangan Uranium Teheran

Bendera Iran di luar gedung yang menampung reaktor fasilitas nuklir Bushehr di kota pelabuhan selatan Iran Bushehr pada tahun 2007 AFP / BEHROUZ MEHRI

Pakta tersebut memungkinkan Iran untuk memperkaya uranium pada tingkat konsentrasi 3,67 persen.

Namun, sejak pertengahan 2019, Iran telah menaikkan pengayaan ke tingkat 4,5 persen, dan kemudian bulan lalu menjadi 20 persen - tingkat yang telah dicapai sebelum kesepakatan.

Para pakar mengatakan Teheran sekarang memiliki cukup persediaan uranium yang diperkaya berkadar rendah untuk membuat sedikitnya dua senjata nuklir, jika negara itu memilih untuk melanjutkan niatnya.

Namun, para pejabat Iran, yang telah lama skeptis terhadap pemerintah-pemerintah Barat, selalu menyatakan bahwa program nuklir Iran hanyalah untuk tujuan damai.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya