Liputan6.com, Jakarta - Peneliti di Afrika Selatan yang melakukan uji coba vaksin COVID-19 Johnson & Johnson (J&J) mengatakan pada Selasa (09/02/2021), regulator pemerintah Afrika Selatan tengah memproses izin agar vaksin J&J diberikan otorisasi penggunaan darurat.
Hal tersebut dilakukan karena Afrika Selatan beberapa hari lalu menangguhkan penggunaan vaksin Oxford-AstraZeneca setelah sebuah penelitian menunjukkan hasil yang kurang memuaskan terhadap varian baru COVID-19 di Afrika Selatan.
Advertisement
Riset yang dilakukan oleh peneliti di University of Witwatersrand dan University of Oxford menunjukkan, vaksin AstraZeneca kurang efektif melindungi dari penyakit COVID-19 ringan hingga sedang.
Presiden Dewan Penelitian Media Afrika Selatan, Glenda Gray mengatakan, pihaknya tengah berdiskusi dengan otoritas terkait untuk meluncurkan vaksin J&J dosis tunggal kepada petugas kesehatan.
"J&J juga mengajukan rolling submission ke SAHPRA (Otoritas Pengaturan Produk Kesehatan Afrika Selatan) untuk mempercepat proses regulasi di Afrika Selatan. Jadi vaksin AD26 ini sedang diproses untuk penggunaan darurat," ujar Gray, dikutip laman Channel News Asia, Rabu (10/02/2021). AD26 adalah nama klinis dari vaksin J&J.
Simak Juga Video Berikut Ini
Kemajuan Diskusi dengan Pihak Berwenang
Gray menjelaskan, telah ada kemajuan dalam diskusi dengan pihak berwenang, cukup untuk mempertimbangkan penggunaan vaksin pada petugas kesehatan yang terpapar, yang merupakan sasaran utama dari 60 juta populasi yang dialokasikan untuk vaksinasi.
"Jadi yang kami diskusikan adalah apakah, di bawah otorisasi peraturan, kami dapat menggunakan vaksin ini dengan cepat pada petugas kesehatan di Afrika Selatan sebagai suntikan tunggal," ujarnya.
Gray juga menekankan bahwa vaksin J&J aman digunakan, serta cukup berhasil menangkal varian baru COVID-19 di Afrika Selatan.
Selain J&J, Gray menjelaskan SAHPRA juga tengah meninjau vaksin lain, yakni Pfizer.
Kasus positif COVID-19 di Afrika Selatan sendiri, saat ini terus meningkat. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), per Selasa (09/02/2021) pukul 05.10, kasus positif di Afrika Selatan telah mencapai 1.477.511 kasus, dengan diikuti 46.473 kasus kematian.
Jumlah kasus tersebut, menjadikan Afrika Selatan sebagai negara dengan jumlah kasus positif COVID-19 tertinggi di Benua Afrika.
(Penulis: Rizki Febianto)
Advertisement