Tim Pakar WHO Sebut Virus Corona COVID-19 Bukan dari Kebocoran Laboratorium China

Hasil investigasi WHO menyatakan Virus Corona COVID-19 kemungkinan besar ditularkan manusia dari hewan

oleh Giovani Dio Prasasti diperbarui 10 Feb 2021, 09:15 WIB
Ilustrasi Novel Coronavirus 2019 (2019-nCoV). (CDC via AP, File)

Liputan6.com, Tiongkok - Tim pakar dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa Virus Corona penyebab COVID-19 kemungkinan besar pertama kali menginfeksi manusia dari hewan.

Pernyataan ini juga memerkecil kemungkinan hipotesis lain yang menyebut bahwa Virus Corona SARS-CoV-2 berasal dari kebocoran laboratorium di China.

"Penemuan ini menunjukkan bahwa hipotesis insiden laboratorium sangat tidak mungkin untuk menjelaskan masuknya virus ke populasi manusia," kata pimpinan tim WHO yang melakukan investigasi ke China, Peter Ben Embarek.

Embarek mengatakan bahwa kunjungan mereka tidak secara dramatis mengubah pemahaman saat ini tentang masa-masa awal pandemi COVID-19. Namun, dalam konferensi persnya pada Selasa, 9 Februari 2021, waktu setempat, kunjungan mereka 'menambah rincian cerita itu'.

Dikutip dari AP News pada Rabu (10/2/2021), investigas yang mereka lakukan memungkinkan para ilmuwan untuk lebih mengeksplorasi teori kebocoran laboratorium, yang sempat dilontarkan mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump.

Saat itu, beberapa pihak berasumsi bahwa Wuhan Institute of Virology, tempat yang di dalamnya banyak terdapat sampel virus, mengalami kebocoran entah disengaja atau tidak, yang mengakibatkan wabah Virus Corona. 

 

** #IngatPesanIbu

Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.

Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.

 

Load More

Kemungkinan Kebocoran Lab Sulit

Gambar ilustrasi ini dengan izin dari National Institutes of Health pada 27 Februari 2020. Menunjukkan mikroskopis elektron transmisi SARS-CoV-2 juga dikenal sebagai 2019-nCoV, virus yang menyebabkan Corona COVID-19. (AFP/National Institutes of Health).

Embarek, yang juga pakar keamanan pangan dan penyakit hewan WHO mengatakan bahwa dengan tidak dipertimbangkannya kemungkinan kebocoran laboratorium, penelitian yang mengarah ke sana ke depannya tidak akan disarankan.

Meski begitu, Thea Koelsen Fischer, anggota tim dari Denmark mengatakan bahwa mereka tidak mengesampingkan kemungkinan investigasi lebih lanjut dan petunjuk baru.

Saat ditanya mengapa mereka mengesampingkan potensi kebocoran, Embarek mengatakan bahwa pelepasan yang tidak disengaja sangat jarang terjadi. Selain itu, peninjauan tim ke laboratorium operasional di Wuhan menunjukkan bahwa akan sulit bagi apa pun untuk melarikan diri.

Sementara itu, tim mengatakan masih belum mampu mengidentifikasi spesies hewan reservoir atau pembawa virus tersebut secara alami. Penelitian sejauh ini menunjukkan mereka kemungkinan berasal dari kelelawar atau trenggiling.

 

 


Hewan Pembawa Virus Masih Misterius

Petugas laboratorium melakukan pengujian sampel dari orang yang akan diuji untuk virus corona COVID-19 di sebuah laboratorium di Shenyang, provinsi Liaoning timur laut China, Rabu (12/2/2020). Pemimpin WHO di Jenewa mengganti nama virus corona Wuhan menjadi Covid-19. (STR/AFP)

Dikutip dari The Guardian, Liang Wannian, kepala panel ahli COVID-19 di Komisi Kesehatan Nasional China mengatakan, virus yang diidentifikasi pada spesies tersebut "tidak cukup mirip untuk diidentifikasi sebagai nenek moyang dari SARS-CoV-2."

Ia mengatakan, rentannya cerpelai dan kucing terhadap COVID-19 malah menunjukkan bahwa spesies feline, merupakan kandidat potensial.

Embarek menambahkan bahwa, masih diperlukan studi lebih lanjut mengenai kemungkinan peran rantai dingin atau produk beku dalam pengenalan virus dari jarak jauh.

Embarek menambahkan bahwa meski pasar juga terkait dengan makanan beku, namun ada juga pedagang yang menjual produk dari satwa liar dan peternakan yang didomestikasi.

Liang mengatakan, terlepas dari pernyataan para ahli bahwa masih banyak yang harus dipelajari, menurutnya, penyelidikan dari sisi China sudah selesai. "Oleh karena itu, pekerjaan penelusuran asal-usul secara global tidak akan terikat ke lokasi mana pun," ujarnya

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya