Sederet Legenda soal Tahun Baru Imlek, dari Perayaan hingga Angpau

Ada beberapa legenda yang beredar di masyarakat mengenai perayaan Tahun Baru Imlek.

oleh Putu Elmira diperbarui 11 Feb 2021, 06:30 WIB
Pedagang menunjukkan angpao Imlek dagangannya di kawasan Tangerang, Sabtu (6/2/2021). Pandemi virus corona COVID-19 membuat para pedagang pernak-pernik Tahun Baru Imlek di kawasan tersebut mengeluh karena menurunnya penjualan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun Baru Imlek tahun ini akan disambut warga dunia pada Jumat, 12 Februari 2021 mendatang. Namun jauh sebelum itu, ada beragam hal menarik terkait Imlek, salah satunya adalah legenda yang beredar di masyarakat.

Meski begitu, Imlek selalu diperingati dengan ragam sajian hingga dekorasi yang sangat khas. Menariknya, setiap elemen yang ada di dalamnya, memiliki makna dan sejarahnya tersendiri.

Lantas, apa saja legenda mengenai Imlek yang begitu populer hingga kini? Yuk, simak rangkuman selengkapnya seperti dilansir dari laman China Highlights, Rabu (10/2/2021), berikut ini.

1. Legenda perayaan Tahun Baru Imlek

Hari Tahun Baru Imlek disebut Guo Nian dalam bahasa China, yang dapat berarti 'merayakan tahun (baru)' atau 'mengatasi Nian'. Sedangkan, Nian bisa berarti 'tahun' atau 'monster Nian'.

Di zaman kuno, ada monster bernama Nian yang berkepala panjang dan bertanduk tajam. Monster ini diam jauh di laut sepanjang tahun dan hanya muncul setiap Malam Tahun Baru untuk memakan orang dan ternak di desa-desa terdekat.

Karena itu, pada hari Malam Tahun Baru, orang-orang akan lari ke pegunungan terpencil untuk menghindari serangan monster tersebut. Orang-orang hidup dalam ketakutan akan monster ini hingga seorang lelaki tua dengan rambut putih dan kulit kemerahan mengunjungi desa itu.

Ia menolak untuk bersembunyi di pegunungan bersama penduduk desa, tetapi berhasil menakuti monster dengan menempelkan kertas merah di pintu, membakar bambu untuk membuat suara retakan keras (pendahulu petasan), menyalakan lilin di rumah, dan mengenakan pakaian merah.

Saat penduduk desa kembali, mereka terkejut mengetahui desa belum dihancurkan. Setelah itu, setiap Malam Tahun Baru, orang-orang melakukan apa yang diperintahkan sang lelaki tua dan monster Nian tidak pernah muncul lagi. Tradisi ini terus berlangsung hingga saat ini dan menjadi cara penting untuk merayakan datangnya tahun baru.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


2. Legenda angpau diberikan

Pedagang menunggu pembeli pernak-pernik khas Imlek di kawasan Tangerang, Sabtu (6/2/2021). Pandemi virus corona COVID-19 membuat para pedagang pernak-pernik Tahun Baru Imlek di kawasan tersebut mengeluh karena menurunnya penjualan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Selama Tahun Baru Imlek, orangtua atau mereka yang sudah menikah memberi amplop merah atau angpau kepada anak-anak atau junior yang belum menikah. Amplop merah ini juga disebut yasui qian.

Menurut legenda, pada Malam Tahun Baru, selain monster Nian, ada iblis bernama Sui yang muncul untuk menakuti anak-anak saat mereka sedang tidur. Dikatakan anak-anak yang disentuh oleh setan itu akan terlalu takut untuk menangis dengan suara keras.

Anak-anak itu juga mengalami demam parah, bahkan menjadi tidak stabil secara mental. Untuk menjaga anak-anak agar tidak disakiti oleh Sui, para orangtua akan menyalakan lilin dan terjaga sepanjang malam.

Pada suatu Malam Tahun Baru, di rumah keluarga pejabat, orangtua memberi anak mereka delapan koin untuk dimainkan agar dia tetap terjaga, untuk menghindari dia disakiti oleh setan. Anak membungkus koin dengan kertas merah, membuka bungkusan itu, membungkusnya kembali, dan membukanya kembali sampai dia terlalu lelah untuk tertidur. Kemudian, orang tua meletakkan paket dengan delapan koin di bawah bantalnya.

Saat Sui mencoba menyentuh kepalanya, delapan koin itu memancarkan cahaya yang kuat dan menakuti iblis itu. Delapan koin itu ternyata delapan peri. Sejak saat itu, pemberian amplop merah menjadi salah satu cara untuk menjaga keamanan anak dan membawa keberuntungan.


3. Legenda kuplet musim semi disisipkan

Seorang vendor menunggu pelanggan di kiosnya yang menjual dekorasi di Hong Kong (15/1/2021). Menjelang Tahun Baru Imlek, tahun ini menandai Tahun Sapi, yang jatuh pada 12 Februari. (AFP/Anthony Wallace)

Tercatat asal mula kuplet musim semi dapat berasal dari 1.000 tahun yang lalu ketika orang menggantungkan taofu (jimat tertulis pada kayu persik) di pintu. Legenda menyebut ada pohon persik besar yang membentang lebih dari 1.500 kilometer di atas gunung di dunia hantu.

Di sebelah timur laut pohon, dua penjaga bernama Shentu dan Yulei menjaga pintu masuk ke dunia hantu. Mereka akan menangkap hantu yang melukai orang dan kemudian mengirim mereka ke harimau sebagai makanan.

Maka dari itu, semua hantu takut pada kedua penjaga itu. Diyakini menggantungkan sebatang kayu persik dengan tulisan nama dua penjaga di pintu dapat menakuti hal-hal jahat.

Pada Dinasti Song (960-1279), orang-orang mulai menulis dua baris antitesis yang menguntungkan di kayu persik alih-alih nama kedua penjaga. Belakangan, kayu persik diganti dengan kertas merah, yang melambangkan keberuntungan dan kebahagiaan. Sejak itu, menempelkan kuplet musim semi menjadi kebiasaan untuk menyambut tahun baru dan mengungkapkan harapan terbaik.


5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek

Infografis 5 Tips Cegah Klaster Keluarga Covid-19 Saat Perayaan dan Libur Imlek. (Liputan6.com/Abdillah)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya