133 Juta Pekerjaan Baru Diprediksi Muncul di 2022

Sektor ketenagakerjaan yang bakal berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi

oleh Athika Rahma diperbarui 10 Feb 2021, 10:45 WIB
Pencari kerja mencari informasi lowongan pekerjaan saat acara Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Liputan6.com, Jakarta - Dunia global dihadapkan beragam tantangan setelah memasuki era disrupsi teknologi, yang ditambah dengan kondisi ketidakpastian dari penyebaran virus Covid-19. Salah satunya dalam sektor ketenagakerjaan yang bakal berubah dengan cepat dan tidak dapat diprediksi.

Deputi Bidang Sumber Daya Manusia (SDM), Kementerian BUMN Alex Denni mengatakan, berdasarkan diskusi World Economic Forum, sebanyak 75 juta pekerjaan bakal hilang di tahun 2022 nanti. Namun, jumlah pekerjaan baru yang muncul bakal lebih banyak, sekitar 133 juta.

"Ini the good side of technology, pada saat yang sama dia create opportunity berupa emerging jobs. Dan emerging jobs ini diperkirakan lebih banyak dari yang hilang," kata Alex dalam webinar PPSDM EBTKE KESDM, Rabu (10/2/2021).

Kendati, dibandingkan 75 juta pekerjaan yang hilang, 133 juta pekerjaan baru ini menuntut keahlian yang berbeda.

Pekerjaan lama, sebut Alex, karakternya rutin, sederhana dan transaksional yang bisa digantikan teknologi dengan mudah. Sedangkan pekerjaan baru yang ditimbulkan dari disrupsi teknologi karakternya menyesuaikan dengan cara teknologi tersebut bekerja.

"Namun, tentu saja emerging jobs butuh skills, knowledge dan behavior yang baru agar kita tetap sukses di dunia yang baru. Jadi ini tantangan yang besar untuk kita," katanya.

Apalagi, pandemi Covid-19 membuat disrupsi teknologi terjadi semakin cepat. Peralihan model kerja dari luring berubah menjadi daring karena masyarakat harus tetap berada di rumah untuk menjaga diri agar tidak tertular virus, termasuk ketika bekerja.

"Begitu pandemi ini datang, hampir sebagian besar kita work from home (WFH). Bahkan peraturan pun memaksa 25 persen saja yang datang ke kantor. Jadi masa depan yang kita perkirakan akan terjadi 5-6 tahun ke depan, terjadi lebih cepat dari dugaan," katanya.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Ekonomi Sirkular Bakal Ciptakan 4,4 Juta Pekerjaan Baru di 2030

Sejumlah pencari kerja memadati arena Job Fair di kawasan Jakarta, Rabu (27/11/2019). Job Fair tersebut digelar dengan menawarkan lowongan berbagai sektor untuk mengurangi angka pengangguran. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Kementerian PPN/Bappenas, Arifin Rudiyanto, menyampaikan hasil studi mengenai manfaat ekonomi, sosial, dan lingkungan dari ekonomi sirkular di Indonesia. Salah satunya, penerapan konsep ekonomi tersebut berpotensi membuka 4,4 juta pekerjaan baru pada 2030.

"Penerapan ekonomi sirkular mampu menciptakan 4,4 juta lapangan pekerjaan secara akumulatif pada 2030. Porsi tenaga kerja perempuan bisa capai 75 persen dari total tersebut," tutur Arifin dalam acara virtual peluncuran laporan studi "The Economic, Social, and Environmental Benefits of Circular Economy in Indonesia" pada Senin (25/1/2021).

Peluang besar bagi perempuan itu didorong potensi perpindahan kerja di sektor yang didominasi laki-laki seperti konstruksi. Selain itu juga kemungkinan pembukaan lapangan kerja di sektor yang didominasi perempuan seperti pendidikan, kesehatan, dan pekerjaan sosial.

Dalam masa transisi ke ekonomi sirkular ini, kata Arifin, akan ada perubahan lain dalam bidang pekerjaan. "Misalnya beberapa pekerjaan hulu seperti sektor pertambangan akan beralih. Namun hal ini dapat diimbangi dengan pekerjaan baru yang diciptakan di sektor hilir seperti manufaktur dan jasa," kata Arifin.

Oleh sebab itu, menurut Arifin, pemerintah perlu menyiapkan kebijakan untuk transisi pekerjaan tersebut.

"Diperlukan kebijakan transisi pekerjaan untuk melatih kembali pekerja yang berpindah sektor untuk mengisi peran baru yg diciptakan," jelasnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya