Ketua OJK Beberkan Tantangan Pengembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Sebanyak 6 dari 14 bank syariah memiliki modal inti kurang dari Rp 2 triliun per Desember 2020.

oleh Athika Rahma diperbarui 10 Feb 2021, 15:27 WIB
Kepala OJK Wimboh Santoso menyampaikan paparan dalam pertemuan dengan pimpinan bank umum Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (15/3). (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso memaparkan beragam tantangan pengembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia.

Pertama, market share industri jasa keuangan syariah masih kecil. Tercatat, proporsi aset keuangan syariah di Indonesia masih sebesar 9,9 persen.

"Bahkan kita bercita-cita pada tahun 2000-an ini kita cita-cita 20 persen. Tapi ternyata perjalanan waktu sulit sekali," ujar Wimboh dalam webinar Perbankan Syariah, Rabu (10/2/2021).

Kemudian, permodalan bank syariah juga masih terbatas. Sebanyak 6 dari 14 bank syariah memiliki modal inti kurang dari Rp 2 triliun per Desember 2020. Dengan berdirinya Bank Syariah Indonesia (BSI), aset bank syariah tergabung menjadi satu aset raksasa.

"Kita paham keuangan (syariah) itu tidak jalan sendiri sehingga ini harus terintegrasi dengan ekosistem. Kami menyambut baik, BSI ini adalah salah satu ekosistem bagaimana bisa mengembangkan ekonomi syariah. Dan ini tentunya bagaimana kita bisa angkat ini, dan nggak hanya di keuangan saja," katanya.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Literasi

Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso menyampaikan pemaparan saat rapat dengan Komisi XI DPR terkait pembenahan Jiwasraya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (22/1/2020). Rapat tersebut juga membahas tentang pengawasan industri jasa keuangan. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Lalu, indeks literasi dan inklusi keuangan syariah juga masih sangat rendah, yaitu 8,93 persen dan 9,1 persen.

Keempat, sumber daya manusia (SDM) untuk menunjang pengembangan ekonomi dan keuangan syariah juga masih terbatas. Hal ini juga berpengaruh terhadap daya saing (competitiveness) dari produk dan layanan keuangan syariah. Terakhir, research and development dalam pengembangan ekonomi syariah itu sendiri.

"Jadi kita harap BSI ini jadi lembaga keuangan syariah yang kompetitif, modalnya kuat, inovasi produknya banyak, kualitasnya bagus dan bisa diakses masyarakat luas dimana saja," katanya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya