Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah emiten bank yang tergabung dalam indeks LQ45 telah merilis laporan keuangan sepanjang 2020. Paling baru, ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) yang membukukan laba bersih Rp 27,1 triliun atau turun 5 persen secara tahunan.
Sebelumnya ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) dengan laba bersih senilai Rp 18,66 triliun, turun hingga 45,78 yoy. Kemudian PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sebesar Rp 17,11 triliun, turun 37,71 persen yoy, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) Rp 3,28 triliun atau merosot 78,68 persen.
Advertisement
Secara umum, keempat bank tersebut kompak mencatatkan penurunan. Hal ini disebabkan biaya pencadangan yang lebih tinggi untuk mengantisipasi potensi penurunan kualitas aset. Seperti BCA yang melakukan pencadangan senilai Rp 11,6 triliun pada 2020, meningkat hingga 152,28 persen dibandingkan 2019.
BRI juga melakukan pencadangan dengan nilai mencapai Rp 32,85 triliun, naik 44,33 persen secara tahunan. Kenaikan pencadangan juga terjadi di Bank Mandiri dengan nilai mencapai Rp 22,89 triliun, naik 89,66 persen dari tahun sebelumnya. Sedangkan peningkatan paling besar terjadi di BNI dengan pencadangan senilai Rp 22,59 triliun, naik drastis 155,6 persen yoy.
Kendati begitu, Head of Research Panin Sekuritas Nico Laurens mengatakan sektor perbankan masih cukup menarik pada 2021. Nico bahkan merekomendasikan untuk ‘buy’ pada empat emiten bank tersebut.
“Kita masih suka sama sektornya, semua emiten kita masih rekomendasi buy,” kata Nico saat dihubungi Liputan6.com, Rabu (10/2/2021).
Adapun pencadangan tersebut dilakukan dalam rangka restrukturisasi kredit nasabah terdampak covid-19 di tahun 2020. Tercatat, BCA telah melakukan restrukturisasi kredit senilai Rp 97,5 triliun. BRI senilai Rp 186,6 triliun, Bank Mandiri Rp 123,4 triliun, dan BNI sebesar Rp 102,38 triliun.
Nico menambahkan, beberapa faktor yang yang dapat mempengaruhi kinerja keuangan emiten perbankan pada 2021 antara lain peningkatan kredit, ditopang likuiditas yang kuat. Kemudian Rasio Net Interest Margin (NIM) juga diperkirakan mulai membaik.
"Lending growth meningkat, likuiditas masih kuat. Pressure NIM tidak akan separah di 2020. Selain itu, cost of credit juga harusnya mengalami penurunan,” ujar Nico.
Sektor Bank Masih Bisa Dicermati
Sebelumnya, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo Sekuritas, Maximilianus Nico Demus juga mengutarakan hal serupa. Dia menuturkan, sektor perbankan masih bisa untuk dicermati. Namun perlu untuk berhati-hati mengingat situasi pasar yang masih belum stabil.
“Perbankan boleh dipertimbangkan. Tetap hati hati karena pasar masih dalam situasi dan kondisi volatilitasnya tinggi,” kata dia.
Advertisement