Liputan6.com, Jakarta Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada Rabu, 10 Februari 2021, waktu Jenewa, Swiss, mengeluarkan rekomendasi pemberian vaksin COVID-19 AstraZeneca dan Oxford untuk dapat digunakan di segala usia dewasa.
Mengutip The Guardian pada Kamis, 11 Februari 2021, Strategic Advisory Group of Experts (SAGE) WHO mengatakan bahwa Vaksin COVID-19 AstraZeneca dapat diberikan dalam dua dosis vaksin dengan jarak penyuntikkan delapan hingga 12 pekan.
Advertisement
"Efikasi vaksin lebih tinggi saat dosis kedua diberikan berikutnya," kata Sekretaris Eksekutif SAGE, Joachim Hombach.
"Anda dapat mengharapkan efikasi yang lebih tinggi jika memberikan vaksin dalam jadwal yang kami rekomendasikan yaitu delapan sampai 12 pekan jarak dosis," Joachim melanjutkan.
Pemberian rekomendasi ini membuka jalan bagi skema COVAX untuk memulai pengiriman vaksin COVID-19 AstraZeneca ke seluruh dunia, khususnya negara-negara berpenghasilan rendah.
Vaksin Corona AstraZeneca sendiri hanya membutuhkan penyimpanan pada suhu dua hingga delapan derajat Celsius, sehingga diharapkan dapat menyasar lebih banyak negara, dan dapat melakukan vaksinasi COVID-19 tenaga kesehatan mereka dan masyarakat rentan.
Memang, masih ada beberapa isu yang menyertai Vaksin COVID-19 AstraZeneca. Seperti beberapa negara Eropa di antaranya Prancis dan Jerman, yang menunda pemberian vaksin pada lansia terkait kurangnya data.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Juga Video Menarik Berikut Ini
Tetap Sarankan Penggunaannya untuk Varian Baru
Selain itu, Afrika Selatan juga masih menangguhkan penggunaannya karena dalam sebuah studi kecil mereka, vaksin tersebut kurang manjur dalam menecegah gejala ringan hingga sedang dari varian baru virus corona di negara itu.
Katherine O'Brien, kepala departemen imunisasi WHO mengatakan bahwa meski efikasi melawan penyakit dengan varian baru virus turun ke tingkat yang rendah, seharusnya vaksin tetap bisa mencegah gejala parah hingga kematian.
“Sekalipun efikasinya turun hingga serendah 10 persen, masih merupakan tindakan yang benar untuk mengimunisasi orang dewasa yang lebih tua karena risiko penyakit dan kematian yang lebih tinggi pada kelompok usia tersebut," katanya.
Hal senada juga disampaikan oleh Alejandro Cravioti, ketua dari kelompok pakar WHO.
"Sekalipun ada pengurangan potensi vaksin ini berdampak penuh pada kapasitas perlindungannya, terutama terhadap penyakit parah, tidak ada alasan untuk tidak merekomendasikan penggunaannya, bahkan di negara-negara yang memiliki sirkulasi varian tersebut," katanya seperti dikutip dari AP News.
Mengutip US News, vaksin corona AstraZeneca saat ini tengah memasuki kajian tahap akhir untuk Emergency Use Listing dari WHO. Diperkirakan, persetujuan akan keluar pada pertengahan Februari.
"Kami berharap ini akan diikuti secepatnya oleh daftar penggunaan darurat dari produk ini," kata Chief Scientist WHO Soumya Swaminathan.
Advertisement