Liputan6.com, Jakarta - Para peneliti di Johns Hopkins University School of Medicine telah mendokumentasikan reaksi dari hampir 200 penerima transplantasi organ padat terhadap inokulasi vaksin Covid-19.
Temuan tersebut, menurut para peneliti, memberikan bukti bahwa vaksin Moderna dan Pfizer / BioNTech messenger RNA (mRNA) dapat dengan aman diberikan kepada populasi yang mengalami gangguan sistem kekebalan ini. Penelitian ini terbit pada di jurnal Transplantation.
Advertisement
Guna lebih memahami keamanan vaksin Covid-19 untuk pasien transplantasi, para peneliti mempelajari 187 penerima transplantasi yang menerima dosis awal vaksin Covid-19 buatan Moderna atau Pfizer / BioNTech antara 16 Desember 2020 dan 16 Januari 2021.
Partisipan penelitian direkrut atas undangan melalui pusat transplantasi atau lewat media sosial mereka. Berikut ini rinciannya:
- Lima puluh dua persen (97 orang) adalah penerima transplantasi ginjal;
- 19 persen (35 orang) adalah penerima transplantasi hati;
- 14 persen (26 orang) adalah penerima transplantasi jantung;
- 9 persen (17 orang) adalah penerima transplantasi paru-paru;
- 3 persen (6 orang) adalah penerima transplantasi ginjal dan pankreas;
- dan 6 orang sisanya adalah penerima transplantasi multiorgan lainnya.
Data partisipan lainnya
Usia rata-rata partisipan adalah 48 tahun dan 69 persen di antaranya (129 orang) adalah perempuan, 87 persen (163 orang) berkulit putih; dan 6 persen (11 orang) adalah Hispanik atau Latino.
Vaksinasi berlangsung pada median enam tahun setelah operasi transplantasi. Semua menerima obat imunosupresi untuk mencegah penolakan organ transplantasi mereka.
Antara waktu vaksinasi dan partisipasi studi mereka (yang terdiri dari pengisian kuesioner terperinci satu pekan setelah mereka menerima vaksin), tidak ada diagnosis infeksi Covid-19.
Advertisement
Reaksi
Beberapa penerima transplantasi dalam penelitian ini mengalami reaksi sistemik, seperti demam (tujuh, atau 4 persen) dan menggigil (tujuh belas, atau 9 persen), terhadap vaksin Moderna dan Pfizer / BioNTech.
Angka ini serupa dengan yang terlihat untuk peserta dalam uji klinis acak besar yang memvalidasi keamanan dua perawatan profilaksis.
Mayoritas penerima transplantasi melaporkan reaksi lokal, termasuk nyeri ringan di tempat inokulasi (114 orang, atau 61 persen), kemerahan ringan (13 orang, atau 7 persen) dan pembengkakan ringan (30 orang, atau 16 persen).
Selain itu, para peneliti mengatakan, penolakan organ--kekhawatiran umum tentang vaksinasi penerima transplantasi--tidak terjadi.
"Kami berharap untuk melanjutkan penelitian ini dengan mengeksplorasi masalah keamanan yang tidak terduga dengan studi tindak lanjut jangka panjang dari pasien ini di masa depan," kata Jacqueline Garonzik Wang, MD, Ph.D., Associate Professor di Johns Hopkins University School of Medicine dan penulis utama di penelitian ini dikutip dari rilis pers via Eurekalert, Jumat (12/2/2021).