Liputan6.com, Jakarta - Pandemi Covid-19 yang mulai melanda negeri ini sejak Maret 2020, mengakibatkan krisis di hampir semua sektor industri di negeri ini. Sektor jasa konstruksi adalah salah satu segmen industri yang paling merasakan dampak buruk dari adanya pandemi ini.
“Dampak ekonomi akibat pandemi bukan hanya kami yang merasakan, semua perusahaan BUMN lainnya juga ikut terdampak, termasuk supply chainnya," kata Dirut PT Amarta Karya (Persero), Nikolas Agung SR dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (11/2/2021).
Advertisement
Dalam rangka untuk percepatan pemulihan kondisi ekonomi nasional, pemerintah Joko Widodo mengalokasikan anggaran pembangunan infrastruktur yang cukup besar untuk tahun anggaran 2021 melalui Program Pemulihan Ekonomi Nasional. Anggaran tersebut besarnya hampir mencapai Rp 150 triliun.
Keputusan alokasi anggaran tersebut tentunya merupakan angin segar bagi pelaku usaha disektor jasa konstruksi infrastruktur termasuk bagi PT Amarta Karya (Persero). Nikolas menilai keputusan alokasi anggaran tersebut merupakan peluang yang sangat baik bagi perseroan dan merupakan momen yang pas bagi PT Amarta Karya (Persero) untuk mulai bangkit kembali.
"Suatu kesempatan yang sangat baik untuk kami mulai bangkit dan tidak akan kami sia-siakan," imbuh Nikolas.
Namun demikian, melihat kondisi perseroan di masa lalu, tentunya bukan hal yang mudah bagi perseroan untuk dapat menangkap dan menkonversi peluang besar tersebut menjadi keuntungan bagi perusahaan.
Dengan mempertimbangkan segala keterbatasan perseroan di masa lalu, maka diperlukan strategi bisnis yang inovatif dan efektif untuk memaksimalkan peluang tersebut.
Dalam hal ini Nikolas menyampaikan bahwa kemitraan strategis (Strategic Partnership) dengan berbagai pihak terkait merupakan salah satu strategi kunci yang akan dilakukan oleh perseroan untuk dapat menangkap dan mengkonversi peluang yang ada tersebut.
Lebih lanjut Nikolas menjelaskan bahwa setidaknya ada 5 pihak yang menjadi bagian dari strategic partnership yang akan dijalankan oleh perseroan, yaitu kemitraan dengan Technology Provider & Manufacturers, Suppliers & Subkontraktor, Other EPC Companies, dan Financial Institutions & Investors, dan bahkan kemitraan strategis dengan pelanggan.
Dengan business model yang tepat, maka pihak pihak tersebut dapat diracik menjadi sebuah kekuatan yang efektif untuk menangkap dan mengkonversi peluang yang ada.Nikolas juga menyampaikan bahwa kondisi lingkungan bisnis yang ada saat ini memaksa perseroan untuk bertransformasi.
Selama ini kehidupan perseroan bergantung dari tender ke tender, dengan berbagai keterbatasan diaspek komersial maupun aspek teknis, maka kemampuan perseroan untuk menangkap peluang bisnis pun menjadi terbatas. Kemitraan strategis yang tepat, diharapkan dapat mengatasi berbagai keterbatasan yang ada.
Salah satu gagasan yang menarik dari Nikolas dalam rangka membangkitkan Amarta karya adalah dengan melakukan kemitraan strategis dengan pelanggannya.
Dalam hal ini Perseroan secara aktif memposisikan diri tidak hanya sebagai sebuah kontraktor namun juga sebagai mitra bagi pelanggannya untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh pelanggan dalam rangka merealisasikan proyek-proyek nya.
“Amarta karya perlu lebih dekat dengan pelanggannya. Bukan hanya sebagai vendor bagi pelanggan, namun menjadi mitra problem solver bagi pelanggannya. Strategi ini kami sebut dengan project creation strategy”.
Demikian disampaikan oleh Nikolas dalam acara penandatanganan MOU kerjasama kemitraan strategis antara Amarta Karya dengan salah satu developer kawasan hunian apartement di Jakarta Rabu 10 Februari 2021.
“Hingga saat ini, ada beberapa proyek yang sedang digarap dengan strategi project creation tersebut”, imbuh Nikolas.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Lini Bisnis
Nikolas mengungkapkan, bahwa saat ini PT Amarta Karya (Persero) memiliki 4 lini bisnis utama yaitu jasa konstruksi gedung, jasa konstruksi infrastruktur, EPC, dan manufaktur (fabrikasi).
"Kami memiliki strategi dalam mengibarkan bendera perseroan lebih tinggi di empat line bisnis utama kami, salah satu nya adalah dengan kita mencreate bisnis baru yang bisa memperkuat 4 bisnis utama tersebut dan dapat menghasilkan recurring income untuk membantu menyeimbangkan portfolio revenue perusahaan sehingga operasi perusahaan bisa menjadi lebih stabil dan sustain kedepannya" bebernya.
Dalam kesempatan lain Nikolas mengungkapkan bahwa saat ini perseroan sudah melakukan kemitraan strategis dengan sejumlah perusahaan multinasional dan tengah menjajaki kerjasama dengan salah satu perusahaan multinasional di bidang oil and gas yang akan berinvestasi di Indonesia.
"Kami juga menjajagi kemitraan strategis dengan salah satu multinasional oil and gas company yang akan berinvestasi di Indonesia untuk mendukung lini bisnis EPC dan Manufaktur. Nah upaya ini yang kami giat kan untuk Amarta. Dalam waktu dekat kami akan menjalin MoU”, pungkas Nikolas.
Nikolas mengakui bahwa perusahaan yang dipimpinnya saat ini masih tergolong relative kecil dibanding dengan BUMN Konstruksi lain, seperti WIKA, Waskita, Adhi, PP, dan yang lainnya, namun demikian pihaknya optimis bahwa dengan strategi yang inovatif dan efektif maka PT Amarta Karya bisa tumbuh menjadi salah satu perusahaan pelat merah yang bisa diandalkan dan memberikan kontribusi yang signifikan bagi negeri ini.
Advertisement