Liputan6.com, Jakarta - PT Bursa Efek Indonesia (BEI) menyatakan kontribusi pasar modal Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi nasional masih punya ruang besar untuk bertumbuh. Hal ini mengingat kontribusi pasar modal terhadap perekonomian nasional masih sekitar 48-50 persen.
Direktur Utama BEI Inarno Djajadi menuturkan, kapitalisasi pasar saham Indonesia terhadap produk domestik bruto (PDB) masih kecil dibandingkan dengan negara di ASEAN. Contohnya kontribusi pasar modal Singapura terhadap perekonomian nasional sudah mencapai di atas 100 persen.
Baca Juga
Advertisement
“Kita masih Rp 7.000 triliun, 50-60 persen. Singapura di atas 100 persen. Artinya kalau diambil secara positif kita masih punya ruang untuk berkembang besar,” ujar Inarno dalam diskusi virtual, ditulis Jumat, (12/2/2021).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), perekonomian Indonesia 2020 yang diukur berdasarkan Produk Domestik Bruto (PDB) atas dasar harga berlaku mencapai Rp 13.432,2 triliun dan PDB per kapita mencapai Rp 56,9 juta atau USD 3.911,7. Sementara itu, kapitalisasi pasar saham BEI tercatat Rp 7.329 triliun pada 11 Februari 2021.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Alasan IHSG dan Rupiah agar Tidak Volatile
Selain itu, Inarno menjelaskan mengenai alasan kondisi pasar saham yang perlu dijaga. Inarno menampik anggapan pasar modal sebagai anak emas. Hal ini mengingat setiap negara perlu menjaga mata uang dan indeks saham sehingga tidak bergejolak.
“Tentu semua negara akan menjaga agar tidak volatile currency, indeks kita. Indeks harus kita jaga bukan berarti anak emas. Pengaruh terhadap perekonomian pasti ada dan besar. Sebagai contoh capital outflow berpengaruh terhadap currency. Tekanan terhadap currency berpengaruh dalam utang dolar AS,” ujar dia.
Inarno menegaskan tidak ada anak emas dalam menjaga kondisi pasar saham. Hal ini agar tidak bergejolak pasar uang dan saham. “Tidak ada anak emas. Currency, inflasi, PDB growth memang harus kita jaga. Jangan naik turun karena akan berpengaruh yang lain,” kata dia.
Advertisement