Izin Siar BBC Inggris Dicabut China Akibat Bahas Uighur dan COVID-19

China mengkritik BBC karena melaporkan virus corona dan isu penganiayaan terhadap etnis minoritas Uighur.

oleh Teddy Tri Setio Berty diperbarui 12 Feb 2021, 13:47 WIB
Massa sejumlah ormas Islam membawa poster saat aksi bela Uighur di depan Kedutaan Besar China, kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (27/12.2019). Mereka memprotes dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh pemerintah China kepada etnis muslim Uighur di Xinjiang. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Beijing - China melarang BBC World News menyiarkan pemeritaan di negara itu, televisi dan regulator radio milik media asal Inggris itu mengumumkannya pada Kamis (11/2).

China mengkritik BBC karena melaporkan virus corona dan isu penganiayaan terhadap etnis minoritas Uighur.

BBC mengatakan "kecewa" dengan keputusan itu.

Tindakan Beijing ini mengikuti regulator media Inggris Ofcom yang mencabut izin penyiaran China Global Television Network (CGTN) untuk siaran di Inggris, demikian dikutip dari laman BBC, Jumat (12/2/2020).

Keputusan Ofcom awal bulan ini datang setelah diketahui bahwa lisensi CGTN dipegang secara tidak sah oleh Star China Media Ltd.

CGTN juga kedapatan melanggar peraturan penyiaran Inggris tahun lalu.

Dalam keputusannya, Administrasi Film, TV dan Radio China mengatakan laporan BBC World News, "secara serius melanggar" pedoman siaran, termasuk "persyaratan bahwa berita harus jujur ​​dan adil" dan tidak "merugikan kepentingan nasional China".

BBC mengatakan dalam sebuah pernyataan: "Kami kecewa karena pihak berwenang China telah memutuskan untuk mengambil tindakan ini. BBC adalah penyiar berita internasional paling tepercaya dan melaporkan berita-berita dari seluruh dunia secara adil, tidak memihak, dan tanpa rasa takut."

Saluran TV BBC World News didanai secara komersial dan mengudara secara global dalam bahasa Inggris.

Di China sebagian besar dibatasi dan hanya muncul di hotel internasional dan beberapa kompleks diplomatik.

 

Load More

Simak video pilihan di bawah ini:


Respons Asing

Anggota tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) terlihat mengenakan APD selama kunjungan lapangan ke Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Hewan Hubei di Wuhan di provinsi Hubei, China tengah, Selasa (2/2/2021). Tim WHO tengah menyelidiki asal-usul virus corona. (AP Photo/ Ng Han Guan)

Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab menyebut langkah itu sebagai "pembatasan kebebasan media yang tidak dapat diterima".

Departemen Luar Negeri AS mengutuk keputusan itu, menyebutnya sebagai bagian dari kampanye yang lebih luas untuk menekan media bebas di China.

Hubungan antara China dan Inggris mengalami kemerosotan serius dalam beberapa bulan terakhir lantaran masalah di Hong Kong, di mana Beijing memberlakukan undang-undang keamanan baru yang kontroversial setelah gerakan besar pro-demokrasi melanda kawasan bekas jajahan tersebut.

Pada bulan Januari, Inggris memperkenalkan visa baru yang memberi 5,4 juta penduduk Hong Kong hak untuk tinggal di Inggris dan pada akhirnya menjadi warga negara karena yakin China merusak hak dan kebebasan wilayah tersebut.

Dan dalam dua tahun terakhir China secara sistematis memblokir atau melarang media asing, termasuk mengusir jurnalis dari tiga surat kabar AS pada tahun 2020. Situs web BBC dan aplikasinya sudah dilarang di negara tersebut.

Pada Februari, BBC menerbitkan laporan yang menampilkan wawancara dengan perempuan Uighur yang mengatakan bahwa mereka telah mengalami pelecehan seksual secara sistematis.

Bulan lalu AS mengatakan China telah melakukan genosida dalam penindasannya terhadap Uighur dan kelompok Muslim lainnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya