Cerita Akhir Pekan: Menebar Kasih di Tengah Bencana

Kepdulian orang tetap tinggi saat bencana menerpa sejumlah daerah di tanah air.

oleh Komarudin diperbarui 13 Feb 2021, 08:32 WIB
Warga memeriksa reruntuhan bangunan yang rusak akibat gempa bumi di Mamuju, Sulawesi Barat, Sabtu (16/1/2021). Jalan dan jembatan yang rusak, pemadaman listrik, dan kurangnya alat berat menghambat evakuasi setelah gempa bermagnitudo 6,2 SR yang melanda Majene- Mamuju. (AP Photo/Yusuf Wahil)

Liputan6.com, Jakarta - Bencana melanda sejumlah daerah di Indonesia baru-baru ini. Beberapa di antaranya, gempa bumi dan banjir bandang. Di tengah bencana itu, tidak sedikit orang yang berusaha untuk menebar kasih kepada para korban.

"Bencana itu tidak selalu negatif, tapi juga bisa mempererat hubungan kemanusiaan. Orang bisa lebih peduli, caring. Bencana juga bisa menumbuhkan rasa empati orang-orang, individu, manusia," ujar psikolog Lely Safrina kepada Liputan6.com, Kamis, 11 Februari 2021.

Meski dalam kondisi sesulit apa pun, kata Lely, manusia itu selalu bertumbuh dan kembang. Ia menemukan kreativitas, strategi, bagaimana cara untuk bertahan hidupe. Dari proses itu, orang-orang akan menjadi resilient, orang-orang yang mampu beradaptasi dengan situasi.

"Setiap ada bencana, orang selalu mengaitkan dengan trauma psikologis. Ternyata, trauma psikologis itu tidak selalu negatif. Trauma yang berkembang itu bisa menjadi positif. Artinya, orang akan menjadi lebih kreatif, adaptif, strategik, menemukan temuan-temuan baru untuk menghadapi situasi yang terjadi," tutur lulusan Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Bagi Lely, berbagi kasih itu tidak selalu harus berbentuk materi semata. Berbagi kasih bisa juga peduli terhadap lingkungan dengan cara menularkan ketenangan.

"Jika satu orang tenang, maka akan menularkan ketenangan ke tempat yang lain. Ketenangan itu dibutuhkan saat menghadapi situasi bencana. Kalau orangnya ketakutan, maka akan menular ketakutan kepada orang yang lain. Jadi, berbagi kasih itu harus sederhana dulu, mulai dari kita peduli, tenang, dan kita punya rencana. Rencana itulah strategi," kata peneliti di Center for Health Service Management (CHSM) di Fakultas Kedokteran Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh.

Dengan demikian, saat ada banjir, misalnya, tinggal menerapkan strategi yang ada. Ia mencontohkan di Aceh Utara setiap Desember terjadi banjir, begitu juga di Jakarta.

"Jadi, pemerintah juga harus memiliki strategi yang harus dilakukan. Setelah menerapkan strategi itu, pemerintah kemudian mengajak individu-individu," imbuh lulusan Macquarie University, Australia.

Sementara itu, secara mental, orang yang memberikan kasih atau memberikan sesuatu kepada orang lain sedang menolong dirinya sendiri. Ketika seseorang memberikan sesuatu kepada orang lain, maka orang tersebut akan bahagia secara emosi.

"Kita merasa berkontribusi terhadap hidup orang lain. Jadi, kita punya pride. Kita punya harga untuk orang lain dan kita juga berguna untuk orang lain. Jadi, secara mental, baik mereka yang memberi kasih maupun yang menerima kasih itu sangat baik," kata Psikolog Klinik Gabungan 2 Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh

Bagi yang menerima kasih atau bantuan, ia akan sadar bahwa ia tidak sendiri.  Ada orang-orang di dunia ini yang masih peduli. Hal itu akan menimbulkan empati balik. "Saat orang itu menemukan kejadian seperti itu, maka ia akan mudah membantu orang lain. Jadi, berbagi kasih atau altruisme ini sangat bagus untuk kemanusiaan, baik bagi yang memberi maupun yang menerima," kata Lely.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Solidaritas Tetap Tinggi

Warga mengantre pembagian makanan di Kotak Amal Makanan Gratis di pelataran Masjid Cut Meutia, Jakarta, Jumat (11/12/2020). Makanan yang dibagikan setiap Jumat ini adalah donasi orang baik yang terkumpul melalui kitabisa.com/kotakamalmakanan. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Secara terpisah, Public Relations Manager Kitabisa.com, Fara Devana mengatakan, meski beberapa daerah sedang beberada dalam kondisi bencana, solidaritas masyarakat Indonesia tetap tinggi.

"Itu bisa dilihat dari beberapa influencer berhasil mengumpulkan donasi ratusan hingga miliaran rupiah. Bahkan YouTuber Fadil Jaidi dan influencer Rachel Venya berhasil mengajak publik berdonasi hingga terkumpul tiga miliar donasi dalam waktu kurang enam jam saja," kata Fara dalam jawaban tertulis kepada Liputan6.com.

Sebagai platform galang dana, lanjut Fara, pihaknya terus memastikan kemudahan semua pihak. Tak hanya penggalang dana, tapi juga donatur untuk menyalurkan kebaikannya.

"Tim kami di lapangan juga selalu memberikan informasi terkini mengenai situasi langsung di sana. Bahkan bersama LSM dan komunitas lokal kami sudah bisa langsung menyalurkan bantuan di hari ke-2 pasca bencana hingga saat ini," kata Fara.

Untuk tanggap darurat bencana kebanyakan penggalang dana membuka donasi dua minggu hingga satu bulan. Ini untuk kebutuhan pangan, sembako, tenda, sanitasi, dan lain-lain.

"Nah untuk pasca bencana ada yang buka hingga tiga bulan ke depan. Ini tujuannya untuk pembangunan hunian sementara, termasuk memperbaiki atau membangun tempat ibadah dan fasilitas yang rusak," kata Fara.

Fara menambahkan, karena bencana terjadinya secara beruntun dan dalam kurun waktu yang berdekatan, mayoritas penggalang dana membuka galang dana untuk membantu semua korban bencana yang terdampak. Baik gempa bumi,  longsor juga banjir.


Waspada Bencana Alam Akibat La Nina

Infografis Waspada Bencana Alam Akibat La Nina. (Liputan6.com/Trieyasni)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya