Liputan6.com, Jakarta - Melakukan olahraga beban di usia tua menyimpan banyak sekali keuntungan. Tidak sekadar terlihat gagah, tapi bisa bikin umur panjang.
Pentingnya olahraga beban di umur yang tak lagi muda menjadi topik yang cukup sering dibahas Kepala Bagian Bedah dari Rumah Sakit Siloam Kebon Jeruk, Jakarta, Dr Henry Suhendra SpOT.
Advertisement
Melalui Instagram Faith Orthopaedic Group, @faithorthopaedicgroup, pria yang memiliki pengalaman lebih dari 29 tahun sebagai ahli bedah ortopedi tidak pernah bosan mengingatkan siapa pun untuk memasukan latihan beban ke dalam aktivitas sehari-hari.
Memang melakukan olahraga apa pun, bahkan sekadar jalan kaki dan lari-lari kecil, jauh lebih baik daripada diam.
"Untuk kesehatan, tentu setiap pergerakan lebih baik daripada diam. Sedentary life itu tidak baik," kata Dr Henry dikutip dari video berjudul Lansia: Jalan Kaki Cukup? (volume 40) yang diunggah pada 26 Desember 2020.
"Karena secara umum kita bilang, daripada tidur lebih baik duduk, daripada duduk lebih baik berdiri, daripada berdiri lebih baik satu langkah, daripada satu langkah lebih baik banyak langkah. Jadi, aktivitas itu penting," Henry melanjutkan.
Secara garis besar olahraga terbagi dua, aerobik dan anaerobik. Henry, menjelaskan, aerobik, seperti jalan kaki dan lari-lari kecil, adalah kata lain dari kardio (latihan jantung).
Yang jika dilakukan sampai terengah-engah atau heart rate di kisaran 60 hingga 80, berguna untuk fat burning atau mengurangi lemak.
"Tapi mesti diingat bahwa olahraga itu ada dua, aerobik dan satu lagi adalah anaerobik. Nama lainnya latihan beban, weight training, weight lifting, strength training, resistance training, itu nama-nama persamaannya," katanya.
"Siapa yang perlu? Justru kita orang lanjut usia," Henry menekankan.
Alasan Orang Tua Harus Latihan Beban
Menurut Henry, orang muda tidak olahraga atau latihan beban pun sudah ada ototnya. Kalau pun mereka rutin melakukan weight training, kata Henry, biasanya tidak sekadar untuk sehat semata, tapi juga mengarah kepada estetika. Terlihat lebih keren dan lebih gede.
"Tapi pada orang tua, mutlak perlu latihan beban karena itu yang paling diperlukan," katanya.
Jadi, kalau ada pertanyaan orang muda atau orang tua, yang paling perlu, Henry dengan tegas menjawab orang lanjut usia.
Ketua sekaligus Pendiri Komunitas Indonesia Lawan Osteo-Sarcopenia (KILO) mengatakan bahwa otot seseorang akan hilang satu persen begitu memasuki umur 40 tahun. Satu persen otot hilang sama dengan kehilangan fungsi sebanyak tiga persen.
"Bayangkan kalau dari umur 40 tahun orang tidak pernah latihan beban, pada saat umur 70, waduh, sudah banyak yang hilang karena otot itu sangat penting," ujarnya.
Advertisement
Tak Rutin Latihan Beban, Waspada Osteosarcopenia
Rutin melakukan olahraga beban begitu usia masuk kepala 4 mencegah seseorang dari Osteosarcopenia, seiring umur yang terus bertambah.
"Sarcopenia itu artinya hilangnya otot atau susutnya otot dengan bertambahnya usia. Kemudian ini akan mengakibatkan osteoporosis, tulangnya tipis, makanya pada orang tua terjadilnya yang disebut 3F, yaitu frail (rapuh), falls (jatuh karena tidak ada ototnya), dan fracture (patah)," kata Henry.
"Kalau tidak melakukan latihan beban, akan ke sana. Bahkan statistik menunjukkan bahwa satu di antara tiga wanita di atas 60 tahun akan patah, dan satu di antara lima pria di atas 70 tahun akan patah," Henry melanjutkan.
Henry mengingatkan bahwa seseorang yang sampai menjalani operasi karena mengalami patah tulang panggul, 50 persen tidak kembali kepada fungsi semula. Ini sungguh tragis.
"Lagipula mesti diingat, pada 2050, orang umur 65 tahun lebih banyak dari umur 15. Itu merupakan beban luar biasa. Jadi, saya ulangi, aktivitas begini, jalan, lari-lari kecil, baik, tapi tidak cukup," katanya.
Dokter yang juga Founder and Managing Director of VDSI (Vitamin D Society Indonesia) mengingatkan bahwa olahraga beban di usia tua bukan sekadar buat gagah-gagahan. Sebab, ketika otot hilang, akan terjadi Osteosarcopenia yang juga berkaitan langsung dengan metabolic syndrome.
"Apa itu metabolic syndrome? Karena tidak ada otot, apa yang terjadi? Hipertensi, insulin resistance, diabetes tipe 2, displimedia (gangguan lemak), kolesterol naik, dan akhirnya obesitas," ujarnya.
"Memang tidak semua orang sampai ke obesitas. Jangan salah, yang kurus pun kolesterolnya bisa tinggi, tensinya sudah naik, karena apa? Karena tidak ada perlindungan dari otot," Henry melanjutkan.
Otot yang Timbul karena Latihan Beban Melindungi Seseorang dari Metabolic Syndrome.
Otot dengan produknya yang disebut myokines, jelas Henry, dapat melindungi seseorang dari metabolic syndrome.
"Jangan lupa, sistem otot adalah sistem terbesar di tubuh kita, jauh lebih besar dari sistem pembuluh darah, sistem pencernaan, dan lain-lain," katanya.
Otot menghilang memang proses alamiah yang terjadi pada manusia. Namun, itu semua dapat dicegah dengan berolahraga beban. Seperti kata Dokter Henry, bukankah kita semua mau berumur panjang? Memang mau berumur panjang tapi sakit-sakitan, ke rumah sakit melulu, dan di ICU melulu?
"Kalau saya mau umur panjang, karena saya mau lihat cucu saya berkeluarga. Saya mau lihat cucu saya lulus dari Universitas. Pada saat dia nikah, saya mau datang tegap, tidak mau saya di kursi roda," kata Henry.
"Kalau Anda sudah Osteosarcopenia, datang di kursi roda, tertatih-tatih, dibantu jalannya. jadi sekali lagi buat untuk gagah-gagahan," Henry menekankan.
Advertisement