Trivia Saham: Mengenal Obligasi, Salah Satu Investasi di Pasar Modal

Ingin tahu lebih dalam soal obligasi dan jenis obligasi? Yuk simak ulasan ini.

oleh Agustina Melani diperbarui 14 Feb 2021, 16:03 WIB
Obligasi Negara Ritel.

Liputan6.com, Jakarta - Pasar modal memiliki ragam produk investasi mulai dari saham, obligasi, reksa dana dan lainnya. Saham mungkin produk investasi yang paling populer. Meski demikian, ada juga obligasi atau surat utang sebagai salah satu instrumen investasi.

Tercatat di tengah pandemi COVID-19, emiten juga ada yang menerbitkan obligasi meski tidak seramai tahun sebelumnya. Saat pandemi COVID-19, penerbitan obligasi korporasi mencapai Rp 85,25 triliun pada 2020. Angka ini memang menurun dibandingkan posisi 2019 sebesar Rp 110,41 triliun.

Sementara itu, sukuk korporasi tercatat Rp 7,09 triliun pada 2020 dibandingkan periode sama tahun sebelumnya Rp 12,57 triliun. Demikian mengutip dari laman Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Minggu (14/2/2021).

Sementara itu, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat total emisi obligasi sukuk mencapai Rp 4,38 triliun sepanjang 2021. Penerbitan obligasi dan sukuk tersebut terdiri delapan emisi dari tujuh emiten.

Ingin tahu lebih dalam soal obligasi dan jenis obligasi? Yuk simak ulasan ini seperti dilansir dari sikapiuangmu.ojk.go.id:

Obligasi adalah surat utang jangka menengah dan panjang yang dapat diperjualbelikan. Obligasi berisi janji dari pihak yang menerbitkan efek untuk membayar imbalan berupa bunga (kupon) pada periode tertentu dan melunasi pokok utang pada akhir waktu yang telah ditentukan, kepada pihak pembeli obligasi tersebut.

 

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Jenis Obligasi

Layar Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di BEI, Jakarta, Rabu (4/3/2020). IHSG kembali ditutup Melesat ke 5.650, IHSG menutup perdagangan menguat signifikan dalam dua hari ini setelah diterpa badai corona di hari pertama pengumuman positifnya wabah corona di Indonesia. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Obligasi merupakan salah satu investasi efek berpendapatan tetap yang bertujuan untuk memberikan tingkat pertumbuhan nilai investasi yang relatif stabil dengan risiko relatif lebih stabil juga dibandingkan dengan saham.

Adapun jenis obligasi pada umumnya antara lain:

1.Obligasi pemerintah

Obligasi dalam bentuk surat utang negara yang diterbitkan pemerintah Indonesia. Pemerintah menerbitkan obligasi dengan kupon tetap (seriFR-fixed rate), obligasi dengan kupon variable (seri VR- variable rate) dan obligasi dengan prinsip syariah/sukuk negara.

2.Obligasi Korporasi

obligasi berupa surat utang yang diterbitkan oleh Korporasi Indonesia baik BUMN maupun korporasi lainnya. Sama seperti obligasi pemerintah, obligasi korporasi terbagi atas obligasi dengan kupon tetap, obligasi dengan kupon variabel dan obligasi dengan prinsip syariah. Ada Obligasi Korporasi yang telah diperingkat atau ada yang tidak diperingkat.

3. Obligasi Ritel

Obligasi yang diterbitkan oleh Pemerintah yang dijual kepada individu atau perseorangan melalui agen penjual yang ditunjuk oleh Pemerintah. Biasanya ada beberapa jenis yaitu ORI atau Sukuk Ritel.


Risiko Produk

Pekerja berbincang di dekat layar indeks saham gabungan di BEI, Jakarta, Selasa (4/4). Pada pemukaan indeks harga saham gabungan (IHSG) hari ini naik tipis 0,09% atau 4,88 poin ke level 5.611,66. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Ada juga risiko yang harus diperhatikan dari investasi obligasi antara lain seperti dikutip dari laman bca.co.id:

1.Risiko Gagal Bayar

Risiko di mana investor tidak dapat memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk investasi jatuh tempo. Meski demikian, obligasi negara tidak mempunyai risiko gagal bayar karena Undang-Undang menyatakan, negara menjamin pembayaran kupon/imbalan dan pokok obligasi negara sampai dengan jatuh tempo dengan dana yang disediakan APBN setiap tahun.

2.Risiko Pasar

Potensi kerugian (capital loss) bagi investor akibat faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja keseluruhan dari pasar keuangan, antara lain perubahan suku bunga, perubahan ekonomi, dan kondisi politik yang tidak stabil. Selain itu, kerugian juga dapat terjadi apabila investor menjual obligasi di pasar sekunder sebelum jatuh tempo pada harga jual lebih rendah dari harga belinya.

Risiko pasar dalam investasi obligasi ini dapat dihindari apabila pembeli obligasi di pasar perdana tidak menjual obligasi sampai dengan jatuh tempo dan hanya menjual obligasi jika harga jualnya (pasar) lebih tinggi dari pada harga beli setelah dikurangi biaya transaksi. Pada saat harga pasar turun, pemilik obligasi tetap mendapat kupon setiap bulan sampai jatuh tempo dan tetap menerima pelunasan pokok sebesar 100 persen ketika produk investasi obligasi jatuh tempo.

3.Risiko likuiditas

Risiko likuiditas dapat terjadi apabila pemilik obligasi membutuhkan dana dalam waktu cepat tetapi surat obligasi tidak dapat dijual pada harga yang wajar. Risiko ini dapat dihindari karena obligasi negara dapat dijadikan sebagai agunan.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya