Liputan6.com, Padang - Satu minggu terakhir, cuaca di sebagian wilayah Sumatera Barat didominasi panas terik dan minim peluang hujan.
Dari analisis Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Minangkabau, kondisi tersebut dipengaruhi oleh adanya pola angin monsun Asia.
Selain adanya pola angin monsun Asia, kondisi cuaca panas di Sumbar juga disebabkan oleh sistem tekanan rendah di bagian selatan Indonesia dan perairan Hindia.
Akibatnya, terjadi peningkatan intensitas hujan terjadi didaerah Jawa, Bali, dan Sumatera bagian selatan, dan sekitarnya, berbanding terbalik dengan Sumbar yang dilanda cuaca panas.
"Akumulasi massa udara basah cenderung lebih banyak terjadi di daerah tersebut, sehingga kondisi cuaca di wilayah Sumbar panas terik," kata Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau, Yudha Nugraha kepada Liputan6.com, Minggu (14/2/2021).
Jadi, lanjutnya pola angin monsun dari Asia ini menyebabkan massa udara basah yang seharusnya terdapat di wilayah Sumbar, bergerak ke arah tenggara-selatan Indonesia.
Baca Juga
Advertisement
Yudha mengatakan kondisi cuaca seperti ini, akan bertahan beberapa hari ke depan di sebagian besar wilayah Sumbar.
Kemudian, untuk suhu udara di provinsi ini mencapai 33 derajat Celsius, lalu angin bergerak dari barat daya ke utara dengan kecepatan 4 hingga 18 kilometer per jam.
Oleh sebab itu, pihaknya mengimbau masyarakat dan pemangku kepentingan untuk mewaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan, sehingga pihak terkait dapat melakukan upaya lebih cepat jika karhutla terjadi.
Yudha juga mengingatkan masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara membakar karena berpotensi memperluas lahan yang terbakar sehingga sulit dikendalikan.
"Kemudian juga jangan sembarangan membuang puntung rokok di lahan yang kering," katanya.