Liputan6.com, Jakarta Harga bitcoin kembali membuat geleng-geleng kepala. Harga bitcoin kali ini melonjak hingga mendekati USD 50.000 setara Rp 694 juta. Kenaikan tersebut tentu akan melampaui pelonjakan sebelumnya yang hanya mencapai USD 20.000 pada tahun ini.
Mata uang digital tersebut mencapai rekor tertinggi hingga USD 49.714,66. Angka itu terus menunjukkan kenaikan sekitar 4 persen selama 24 jam terakhir.
Advertisement
Para investor menganggap harga bitcoin meroket itu disebabkan Federal Reserve yang telah memangkas suku bunga mendekati nol pada Maret 2020. Hal itupun yang menyebabkan Dolar AS mulai melemah.
Jika dibandingkan dengan jenis mata uang lain, bitcoin adalah salah satu mata uang digital yang memang menarik. Melihat jumlah bitcoin di dunia ini hanya terbatas.
Karena itu, para investor percaya bahwa jika persediaan bitcoin habis, nilai mata uang digital seperti bitcoin akan meningkat.
Ketika bitcoin melonjak hingga ke level tertinggi sepanjang masa, para investor ternama akan menimbunnya. Di sisi lain, perusahaan-perusahaan besar lain akan ikut membantu mengatasi pelonjakan bitcoin yang tinggi tersebut.
Baru-baru ini, tepatnya minggu lalu, perusahaan mobil milik Elon Musk mengatakan akan segera menerima pembayaran dalam bentuk mata uang digital. Bahkan pihaknya mengatakan telah memegang sebagian uang tunai dalam bitcoin dibanding mata uang tradisional.
Dikutip dari CNN, Senin (15/2/2021), pihak Mastercard mengumumkan akan mendukung pilihan cryptocurencies langsung di jaringan pada akhir tahun ini.
Hal itu tentu akan mengawali tonggak utama dalam bitcoin yang membuat beberapa platform lain, seperti Square (SQ) dan PayPal (PYPL), menggunakan mata uang digital untuk diperdagangkan. Namun, Mastercard tetap akan menjadi platform utama bitcoin.
Di sisi lain, cryptocurrency juga menjadi daya tarik bagi para investor. Dari yang pernah terjadi, BlackRock mengatakan bitcoin dapat menggantikan emas.
Selain itu, Jay Z dan CEO Twitter Jack Dorsey mengatakan akan membentuk dana pengembangan dari bitcoin.
Sebagai informasi, padahal bitcoin pernah melewati USD 20.000 untuk pertama kalinya pada Desember lalu. Nilainya lebih dari dua kali lipat dan terjadi dalam tiga bulan.
Saksikan Video Ini
Terlalu Nafsu Padahal Berisiko
Baru-baru ini lonjakan yang terjadi dari cryptocurrency terlihat sedikit meredup. Ada antusiasme yang berlebih dan itu dipicu oleh rasa takut akan ketertinggalan, bukan hanya yang bersifat pokok.
Hingga akhirnya beberapa waktu lalu, Elon Musk membuat sebuah cuitan di Twitternya yang sedikit sarkas membahas tentang saingan bitcoin yakni Dagecoin, Musk mengatakan, koin digital yang dibuat sebagai parodi cryptocurrency, melonjak 50 persen sejak awal bulan.
Bahkan seorang pendiri Skybridge Capital, Anthony Scaramucci yang merupakan pemilik saham besar dalam bitcoin dan dana yang ditujukan untuk para investor, seperti The SkyBridge Bitcoin Fund LP mewanti-wanti kepada setiap orang yang menggunakan bitcoin harus berhati-hati. Melihat pengalaman yang pernah terjadi sebelum adanya pelonjakan hingga USD 20.000, sebelumnya bitcoin jatuh dan berada di angka USD 4.000 pada Desember 2017.
“Ini bisa menjadi bubble top blow up,” ujar Scaramucci. Dia memprediksi bitcoin akan terus berubah-ubah bahkan seseorang bisa sampai kehilangan uangnya.
Scaramucci juga menambahkan, bitcoin bisa secara tiba-tiba jatuh, misalnya dari 20 persen hingga 50 persen. Tetapi, jika seseorang memiliki USD 1 kemudian membaginya menjadi dua, 99 sen dalam bentuk tunai dan 1 sen dalam bitcoin, strategi tersebut akan lebih baik. Uang yang diinvestasikan dengan strategi seperti itu akan lebih unggul dibandingkan USD 1 yang diinvestasikan dalam S&P 500 selama sepuluh tahun terakhir.
“Berbagai cara lain mungkin akan membuat orang dapat menghasilkan sejumlah uang besar. Namun, bitcoin tidak terkekang oleh kebijakan Federal Reserve atau masalah pasokan emas. Ada lebih banyak permintaan bitcoin saat ini dibandingkan dengan pasokan. Tentu harganya harus naik,” ujarnya.
Reporter: Aprilia Wahyu Melati
Advertisement