BPS: Upah Asisten Rumah Tangga Januari 2021 Naik Jadi Rp 420 Ribu per Bulan

BPS mencatat upah rata-rata nominal asisten rumah tangga pada Januari 2021 mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen dari Desember 2020

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2021, 14:20 WIB
Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto menyampaikan keterangan terkait kondisi ekspor dan impor pada Januari 2020 di Gedung BPS, Jakarta, Senin (17/2/2020). Nilai ekspor dan impor Januari 2020 terkoreksi mengalami penurunan dibandingkan posisi bulan sebelumnya. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat upah rata-rata nominal asisten rumah tangga pada Januari 2021 mengalami kenaikan sebesar 0,13 persen dari Desember 2020. Di mana dari Rp419.990 per bulan pada Desember sebelumnya, kini menjadi Rp420.536 per bulan.

"Sementara upah rill Januari 2021 dibanding Desember 2020 turun 0,13 persen, yaitu dari Rp397.396 menjadi Rp396.880 per bulan," kata Kepala BPS, Suhariyanto, dalam rilis BPS, di Kantornya, Jakarta, Senin (15/2).

Untuk diketahui, upah nominal merupakan rata-rata upah harian yang diterima buruh sedangkan upah riil menggambarkan daya beli dari pendapatan atau upah yang diterima buruh atau pekerja.

Sementara itu, untuk upah buruh pertanian pada Januari 2021 naik sebesar 0,46 persen dibanding Desember 2020, yaitu dari Rp55.921 menjadi Rp56.176. Peningkatan juga terjadi pada upah rill, dari Rp52.331 menjadi Rp52.338.

Kemudian, upah nominal harian buruh bangunan (tukang bukan mandor) pada Januari 2021 juga tercatat alami kenaikan sebesar 0,10 persen dari posisi Desember 2020. Di mana dari Rp90.816 menjadi Rp90.907. Sedangkan ipah riil harian buruh bangunan juga mengalami penurunan sebesar 0,16 persen dari Rp85.931 menjadi Rp85.793

Sedangkan rata-rata upah nominal buruh potong rambut wanita per kepala pada juga mengalami kenaikan sebesar 0,14 persen, yaitu dari Rp28.773 menjadi Rp28.774. Sementara upah rill Januari 2021 dibanding Desember 2020 alami penurunan 1.13 persen, dari Rp397.396 menjadi Rp396.880 per bulan.

Dwi Aditya Putra

Merdeka.com

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


BPS: Penambahan Jumlah Penduduk Miskin Terbesar di Desa

Aktivitas warga permukiman bantaran rel di Jakarta, Minggu (18/10/2020). Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan angka kemiskinan di Indonesia naik pada periode September 2020. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 27,55 juta orang pada September 2020, atau setara dengan 10,19 persen dari total penduduk di Indonesia. Angka ini naik 1,13 juta orang (0,41 persen) dibandingkan posisi Maret 2020, juga meningkat 2,76 orang dibanding September 2019.

Kepala BPS, Suhariyanto mengatakan, peningkatan penduduk miskin pada September 2020 sebagian besar terjadi di perdesaan sebesar 13,20 persen. Sementara untuk posisi perkotaan hanya sebesar 7,88 persen.

"Kalau kita lihat komposisi penduduk miskin antara kota dan desa persentase penduduk miskin di pedesaan masih jauh lebih tinggi dibandingkan di kota," kata dia di Kantornya, Jakarta, Senin (15/2/2021).

Hanya saja, menurut BPS ada perbedaan cukup signifikan pada posisi penduduk miskin di September 2020, di mana sebagian besarnya lebih berdampak di perkotaan. Hal ini terlihat dari jika dibandingkan posisi September 2019 ada peningkatan sebesar 1,32 persen. Sementara, posisi penduduk miskin di perkotaan hanya meningkat 0,60 persen.

"Bahwa bulan September tahun 2020 ini lebih berdampak ke perkotaan di sana bisa dilihat bahwa penduduk miskin di perkotaan karena pandemi Covid-19 naik sebesar 1,3 ersen sementara di pedesaan mengalami kenaikan Tetapi hanya separuhnya yaitu sebesar 0,6 persen," jelasnya.

Dia menambahkan, garis kemiskina pada posisi September 2020 dihitung berdasarkan Rp458.947 per kapita per bulannya. Dari komposisi ini 73,87 persennya itu adalah untuk komoditas makanan.

"Jadi dengan melihat angka ini kita harus memberikan perhatian ekstra supaya komoditas pangan seperti beras dan lainnya tidak mengalami fluktuasi yang tinggi," jelas dia.

Adapun komoditas yang memberikan pengaruh kepada garis kemiskinan tidak berubah dari sebelumnya. Pertama adalah beras, kedua rokok dan ketiga adalah telur ayam ras.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya