Liputan6.com, Jakarta - Aktivitas jual beli di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat mendadak lumpuh. Para pedagang dan pembeli berhamburan menyelamatkan diri dari kepulan asap dan kobaran api yang membakar pusat grosir tekstil di ibu kota itu.
Sejarah hari ini mencatat, siang itu, Rabu 19 Februari 2003 sekitar pukul 12.30 WIB, pancaran sinar matahari begitu terik menyengat. Sementara kepulan asap berwana hitam pekat muncul dibarengi kobaran api dari dalam Pasar Tanah Abang.
Advertisement
Konsentrasi transaksi di Pasar Tanah Abang pun seketika buyar seiring kepanikan pedagang dan pengunjuk yang berlarian menyelamatkan diri.
Menurut laporan Tempo, api kebakaran hebat 18 tahun lalu itu bersumber dari percikan gardu listrik milik PT Perusahaan Listrik Negara (PLN). Dalam waktu sekejap, api telah melalap nyaris seluruh kios yang ada di Pasar Tanah Abang.
Dari total enam blok yang ada di pasar itu, kerusakan parah terjadi di Blok A, C, D, E. Sedikitnya tercatat ada 2.420 tempat usaha yang hangus terbakar.
Hajah Nurcahya, menjadi salah satu saksi bagaimana api melumat habis tujuh kios di Pasar Tanah Abang.
Wanita yang akrab disapa Amah itu bersama keluarganya menggantungkan hidup dari berjualan tekstil di Pasar Tanag Abang. Ketika itu, Amah sedang melamun karena kiosnya tak kunjung didatangi pembeli.
Tetiba Amah dihampiri kuli-kuli pasar. Mereka mengajak Amah segera meninggalkan kios. Dia diberitahu ada kebakaran.
Amah bingung sejadi-jadinya. Siang itu, ia baru mengantongi uang Rp 500 ribu. Sementara asap hitam sudah mewarnai lorong-lorong di Pasar Tanah Abang.
Betapa tidak, sumber api dengan kios Amah jaraknya tidak begitu jauh, hanya selemparan batu. Api berasal dari gardu listrik.
Tak ada barang-barang yang Amah angkut dari kiosnya. Dia hanya menyelamatkan diri dengan membawa pakaian yang menempel di badannya.
"Karena yang asap hitam dan api begitu cepat membakar. Saya hanya bisa menonton dengan sedih di Jalan Wahid Hasyim," tutur Amah seperti dikutip dari Tempo, Minggu (14/2/2021).
Amah melihat dengan kepala dan matanya sendiri api dengan ganas meluluhlantahkan seisi pasar. Begitu pun bangunan masjid yang terletak di lantai atas, ambrol.
Amah menyayangkan tidak ada satupun alat pemadam api yang berfungsi di Pasar Tanah Abang kala itu. Kalau pun tersedia, kondisinya sudah tak laik pakai.
"Tidak ada hidran kah dekat situ? Ada tapi sudah karatan dan tidak keluar air," kata Amah menjawab dengan kesal.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Hidran Tak Berfungsi
Kepala Dinas Pemadam Kebakaran yang kala itu dijabat Johnny Pangaribuan, mengamini hidran air di pasar itu sebagian besar tak berfungsi.
"Ada 34 hidran beserta pompanya, tapi tak satu pun keluar airnya. Yang berada di luar bangunan juga berkondisi sama, kering. Pompa-pompa juga tidak dirawat sehingga tidak berfungsi," ujarnya.
Padahal tiga bulan sebelum terjadi kebakaran ia sudah menginstruksikan pengelola pasar, Perusahaan Daerah Pasar Jaya, untuk memperbaiki peralatan pemadam api itu.
"Tapi mereka cuek saja. Padahal terus terang Pasar Tanah Abang adalah bangunan yang paling saya takuti jika terjadi kebakaran. Sebab, saya tahu, kondisi dan sarananya mengkhawatirkan," ujar dia.
Tak dipungkiri, kondisi Pasar Tanah Abang yang semrwaut menjadi faktor api begitu cepat menjalar. Tak ada ruang untuk bergerak membuat petugas pemadam kesulitan masuk ke area titik api, asap kadung menyelimuti dan menyebar ke dalam ruangan.
Tak ayal, sekitar 5.700 kios, meliputi Blok A, B, C, D dan sebagian Blok E, habis digilas si jago merah.
Padahal Blok A, tempat munculnya pertama kali api berdekatan dengan base camp barisan pemadam kebakaran cabang Pasar Tanah Abang, yang berada di depan Blok B. Saking tak tertata kios di pasar menyebabkan api susah padam.
"Pasar Tanah Abang telah overload. Mestinya jumlah pedagang setengah jumlah sebelum terbakar," katanya.
Kebakaran meluas ke berbagai tempat. Amukan si jago merah di Pasar Tanahabang, Jakarta Pusat, benar-benar hebat.
Hingga Kamis, 20 Februari pukul 22.00 WIB, kobaran api belum bisa dipadamkan sepenuhnya. Jilatan si jago merah dan asap tebal masih bergerilya. Setelah berjuang keras, akhirnya puluhan unit mobil milik Dinas Pemadam Kebakaran DKI mampu mengendalikan api.
Advertisement
Terbakar Jelang Rencana Renovasi
Kala itu, Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso menduga kebakaran akibat hubungan pendek arus listrik. Tapi, Sutiyoso enggan berasumsi lebih jauh biarlah kepolisian menyelidiki.
"Agar tidak menimbulkan spekulasi yang beragam, kami menyerahkan kepada aparat kepolisian untuk menyelidikinya. Kalau bisa membuktikan ada yang membakar, ya, silakan saja diseret ke muka hukum," kata Sutiyoso.
Sebelum kebakaran terjadi, Sutiyoso bercerita, Pasar Tanah Abang memang berencana direnovasi pada pertengahan 2003, yang meliputi perbaikan tempat, pengadaan lift dan eskalator, serta fasilitas lainnya.
Program renovasi itu, telah mendapat restu dari para pedagang Pasar Tanah Abang. "Anggaran renovasi ditetapkan dalam APBD 2003," kata Bang Yos.
Bahkan, Wali Kota Jakarta Pusat, yang waktu itu dijabat Khosea Petra Lumbun, memaparkan site plan perihal penataan kawasan Tanah Abang secara menyeluruh. Penataan diperikrakan bakal menelan dana Rp 50 miliar.
Menurut dia, buat menertibkan seluruh kawasan itu, Pemerintah Kota Jakarta Pusat membuat proyek "Sentra Bisnis Primer Tanah Abang".
Kawasan seluas 100 hektare itu akan dirancang lebih rapi dan bebas pedagang kaki lima. Ia akan menjadikan kawasan bisnis modern dengan meniadakan hunian di sekitar pasar.
Di sana bakal dibangun pergudangan, hotel, pusat hiburan, kantor ekspedisi, kios modern, dan kios pedagang kaki lima.
"Lahan parkir seluas 1.000 meter nantinya menjadi tempat berjualan pedagang kaki lima. Tapi mereka berdagang mulai pukul 18.00 sampai tengah malam. Tak ada pedagang kaki lima yang berjualan siang hari di sana," ujar dia.
Jadi Pusat Grosit Terbesar di Asia Tenggara
Laporan Tempo menyebut, belum genap setahun kebakaran, Pasar Tanah Abang kembali dibangun. Pemerintah DKI Jakarta membangun Blok A yang terbakar melalui PD Pasar Jaya selaku pengelola, bekerja sama dengan PT Priamanaya Djan International.
Priamanaya selaku investor akan menyerahkan aset yang dibangun setelah mendapat konsesi pengelolaan selama beberapa waktu.
Blok A, yang berdiri di atas lahan seluas 151.202 meter persegi, pun ditata ulang. Dari tiga lantai menjadi 18 lantai yang dihubungkan oleh 149 unit eskalator, empat unit elevator penumpang kapsul, empat unit elevator penumpang biasa, dan delapan unit elevator barang.
Dari 18 lantai itu, 12 lantai merupakan pertokoan, 5 lantai parkir, dan satu lantai untuk pusat makanan. Di atap tersedia masjid berkapasitas 2.000 orang.
Dengan cepat Blok A kembali menjadi pusat grosir tekstil terbesar di Tanah Air. Omzet di pasar itu ditaksir mencapai puluhan miliar per hari.
Pada Juli 2005, Blok A diresmikan sebagai pusat grosir terbesar se-Asia Tenggara. Setidaknya berdiri tujuh ribuan tempat usaha yang sebagian besar menjual berbagai produk tekstil.
Advertisement