Hindari Terjebak dalam Toxic Relationship, Kenali Ciri-Cirinya Saat si Dia PDKT

Saat penjajakan atau pendekatan (PDKT) ada beberapa indikator yang menunjukkan si Dia bakal membawa hubungan ke dalam toxic relationship atau tidak.

oleh Liputan6.com diperbarui 15 Feb 2021, 21:00 WIB
KDRT hingga Perceraian, Ini Berbagai Dampak Negatif COVID-19 Bagi Keluarga Foto oleh cottonbro dari Pexels.

Liputan6.com, Jakarta Ketika dalam sebuah hubungan terlalu banyak menggunakan hati dan perasaan tanpa adanya logika maka muncul istilah yang akrab didengar sebagai toxic relationship alias hubungan beracun. Ini adalahh keadaan hubungan yang sudah tidak sehat untuk ditinggali dan dapat berdampak buruk bagi keadaan fisik maupun mental seseorang. 

Menurut Zola Yoana, Certified Matchmaker & Relationship Science-Based Coach, hubungan yang tidak sehat dapat dikenali cirinya pada fase awal menjalin sebuah hubungan.

Toxic relationship itu bisa dilihat diawal hubungan. Ketika kita lagi PDKT (pendekatan) itu sebenarnya bisa kelihatan. Tapi lihat dulu refleksnya, refleksnya itu bendera merahnya,” kata Zola ketika mengisi acara Webinar Fiesta Condoms ditulis Senin (15/2/2021).

“Bendera merahnya itu satu, apakah dia ada tanda atau ciri-ciri kasar? Kalau sudah ada ciri-ciri kasar itu larinya akan ke abusive.

Abusive atau tindakan kekerasan, perilaku kasar yang dilakukan dalam sebuah hubungan bisa dalam bentuk mental maupun fisik.

Seksolog klinis Zoya Amirin juga mengingatkan bahwa perilaku kekerasan oleh pasangan saat pacaran belum tentu berubah saat sudah menikah dan punya anak. "There is no suching like that,” lanjut Zoya.

Ketika seseorang sudah terlihat perlakuan kasarnya diawal hubungan, maka kemungkinan orang itu akan berlaku demikian seterusnya. Tidak ada yang mampu merubahnya, bahkan pasangannya sekalipun.

Namun, keadaan sebaliknya terjadi dalam sebuah hubungan yang sehat. Terdapat rasa saling menghargai, mengapresiasi pasangan, dan mampu tumbuh bersama menuju ke arah positif.

“Kalau di hubungan healthy relationship itu ada mutual respect. Respect itu penting. Ada appreciate-nya juga dan kita bisa tumbuh bareng dalam hubungan,” ujar Zola.

 

Saksikan Juga Video di Bawah Ini


Suka Mengontrol

Ilustrasi KDRT | pexels.com/@karolina-grabowska

Hubungan yang tidak sehat juga dapat dikenali dengan melihat ada atau tidaknya keiinginan untuk mengontrol satu pihak, baik laki-laki maupun perempuan. Juga, pasangan yang keras kepala dapat menjerumuskan hubungan menjadi tidak sehat.

Zoya menjelaskan, “Jadi dari awal dilihat ada refleks untuk kasar atau nggak, controlling-nya gimana,  itu bisa dilihat ketika ngobrol dan ketika membahas suatu masalah. Apakah maunya cuma didengerin aja (one way communication), atau ngasih ide kita ke arah mana.”

“Yang bakal membuat mereka ada di toxic relationship itu controlling satu, yang kedua itu abusive si kasarnya tadi, ada stone walling-nya juga. Itu yang bisa dilihat diawal relationship.”

Orang-orang yang memiliki ciri di atas akan menjadikan hubungan mengarah pada hubungan tidak sehat biasanya akan senang memuji dan mendewakan pasangannya diawal hubungan. Lalu, cepat menyimpulkan bahwa pasangannya adalah segala-galanya. Tetapi setelah itu, mudah juga bagi mereka untuk menjatuhkan kembali pasangannya. 

“Kebanyakan mereka yang toxic relationship itu menaruh kamu di ketinggian, kemudian dia kecewa sendiri dengan ekspektasi dia terhadap kamu.”

“Salah satu ciri paling gampang adalah ketika kamu mau pergi, kamu dilarang-larang itu salah satu ciri mulai toxic.”

“Dalam toxic relationship itu tidak ada kepercayaan.” pungkas Zoya.

Karena kunci dari hubungan yang sehat, kata Zoya, adalah adanya saling menghargai, saling percaya, dan membangun komunikasi yang saling terbuka.

 

 

Penulis: Rissa Sugiarti

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya