Gerakan Bagi, Tanam, dan Rawat Tanaman Berdaya Serap Polutan Tinggi di Jakarta

Apa saja tanaman berdaya serap polutan tinggi yang dibagi-bagikan di Jakarta?

oleh Dinny Mutiah diperbarui 16 Feb 2021, 09:38 WIB
Ilustrasi menanam pohon. (dok. Unsplash.com/Kasturi Laxmi Mohit/@kasturi09)

Liputan6.com, Jakarta - Hari Sejuta Pohon yang jatuh setiap 10 Januari telah lewat, tapi semangat penghijauan tetap dipertahakan Perumda Sarana Jaya. Salah satu BUMD DKI Jakarta itu baru-baru ini menginisiasi gerakan "Bagi, Tanam, Rawat" untuk menurunkan emisi gas rumah kaca.

Sebanyak 2.021 tanaman berdaya serap polutan tinggi dibagikan ke berbagai pihak. Di antaranya kalangan pemerintahan DKI Jakarta, BUMD DKI Jakarta, penghuni Proyek Nuansa Pondok Kelapa, dan komunitas lingkungan di Jakarta.

"Kami sebagai BUMD DKI Jakarta terus berkomitmen tehadap keberlanjutan lingkungan di mana kami terus menaruh kepedulian pada keselamatan lingkungan sesuai SDG poin ke-11, yaitu kota dan komunitas yang berkelanjutan, untuk menciptakan ruang tinggal yang lebih berkualitas bagi warga Jakarta," kata Direktur Utama Sarana Jaya Yoory C. Pinontoan, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin, 15 Februari 2021.

Jenis tanaman yang dibagikan adalah lidah mertua (Sansiviera), sri rejeki (Aglonema), dan lili perdamaian (Spathiphyllum wallisii). Ketiga jenis tanaman dalam ruang itu dianggap mampu menyerap polutan secara efektif. 

Dalam gerakan tersebut, Sarana Jaya juga mengajak warga membagikan momen menanam pohon melalui media sosial sambil menandai Instagram @perumdasaranajaya. Video yang diterima selanjutnya akan dikompilasi untuk dilaporkan pada Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.

Sementara, Anies mengapresiasi gerakan tersebut. Inisiasi ini diharapkannya bisa membantu pencapaian target penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2030.

"Saya berterima kasih pada Perumda Sarana Jaya yang terus bergerak bersama mewujudkan penurunan emisi gas rumah kaca sebesar 30 persen pada 2030 yang sudah tercapai 26 persen pada tahun ini," ucap Anies.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


Jakarta Masih Kurang Hijau

Lansekap permukiman dan gedung bertingkat terlihat di Pasar Minggu, Jakarta, Minggu (25/10/2020). Menurut data terbaru Kementerian PUPR sampai medio 2019 lalu, baru 13 dari 174 kota di Indonesia yang memahami pentingnya RTH bagi pembangunan dan pengembangan wilayah. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Pada 2019, Kepala Dinas Kehutanan DKI Jakarta Suzi Marsitawati mengatakan, pembangunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) baru mencapai 9,9 persen. Jumlah tersebut jauh dari target menciptakan 30 persen RTH di Jakarta.

Dikutip dari laman smartcity.jakarta.go.id, kebutuhan RTH DKI Jakarta untuk mencapai target 30 persen pada 2030 adalah seluas 198,70 kilometer persegi. Tarsoen Waryono, ahli hutan kota dan ekosistem perkotaan dari Universitas Indonesia (UI) mengatakan, target tersebut masih bisa diusahakan.

Keberadaan RTH bagi warga Jakarta dapat meningkatkan kesehatan, baik fisik maupun mental. Pohon-pohon yang dirawat membantu menyerap racun di udara. Selain itu, tumbuhan hijau juga membuat rileks tubuh yang berdampak pada pengurangan stres, peningkatan kesehatan mental, dan menjadikan hidup lebih bahagia.

Apa yang bisa dilakukan warga Jakarta? Beberapa langkah sederhana bisa membantu, seperti membuang sampah di tempatnya dan menerapkan konsep hidup minim sampah, menjaga fasilitas publik, menggunakan transportasi publik, sekaligus mengurangi penggunaan kendaraan pribadi, juga menanam berbagai tumbuhan di tempat tinggal masing-masing. 


Sekolah di Zona Hijau

Infografis Tahun Ajaran Baru, Sekolah di Zona Hijau Dibuka Kembali. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya