Liputan6.com, Pekanbaru - Provinsi Riau terhitung 15 Februari hingga 31 Oktober 2021 berstatus siaga kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Artinya selain mengatasi penyebaran Covid-19, pemerintah setempat bersama TNI, Polri, dan pihak terkait fokus agar tidak terjadi bencana kabut asap selama pandemi.
Penetapan siaga darurat karhutla oleh Gubernur Riau Syamsuar ini karena Kabupaten Bengkalis dan Kota Dumai sudah menetapkan status serupa. Kemudian menyusul Kabupaten Rokan Hilir yang dikenal sebagai daerah rawan karhutla.
Baca Juga
Advertisement
"Riau di tengah bencana non alam (Covid-19) juga tengah dihadapkan dengan bencana kabut asap, ini harus kita atasi bersama-sama," kata Syamsuar di Pekanbaru, Selasa (16/2/2021).
Syamsuar menjelaskan, Riau berpotensi terjadi karhutla karena 54 persen provinsi di Pulau Sumatra ini didominasi kawasan gambut. Seperti biasa, gambut sangat mudah terbakar jika sudah memasuki musim kemarau.
Dengan penetapan ini, sambung Syamsuar, Satgas Karhutla Riau bisa bekerja lebih awal mendeteksi titik panas yang berpotensi menjadi titik api. Patroli akan ditingkatkan dan pemadaman secara dini segera dilakukan jika terpantau titik api.
"Begitu juga dengan penegakan hukum serta pelayanan kesehatan apabila ada masyarakat terdampak asap," ucap Syamsuar.
Syamsuar menyatakan, upaya penanggulangan secara dini tidak akan berhasil tanpa ada dukungan masyarakat. Diapun berharap tidak ada pembukaan lahan dengan cara membakar.
"Tidak akan optimal tanpa ada dukungan juga dari dunia usaha," ucap Syamsuar.
Syamsuar menyatakan, Riau sudah menunjukkan kekompakan pada tahun lalu. Di mana saat itu tidak ada bencana kabut asap meskipun terjadi kebakaran, di mana Riau berhasil menekan angka kebakaran hingga 83,62 persen.
"Awal tahun ini sudah muncul titik api dan berhasil diatasi, ini harus diantisipasi hingga status siaga karhutla berakhir," kata Syamsuar.
**Ingat #PesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak juga video pilihan berikut ini:
Prakiraan BMKG
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebut ada beberapa wilayah di Riau rawan terjadi karhutla. Itu berdasarkan monitoring hari tanpa hujan di sejumlah kabupaten.
Menurut Kepala BMKG Pekanbaru Ramlan ada kabupaten di Riau memasuki hari tanpa hujan hingga 20 hari. Misalnya Kabupaten Kepulauan Meranti, Bengkalis, Pelalawan, Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Rokan Hilir dan Kota Dumai.
"Pengaruh La Nina lemah sehingga intensitas curah hujan pada Februari 2021, sudah menurun, dengan kata lain Riau sudah masuk dalam musim kemarau pertama," sebut Ramlan.
Pada Mei 2021, Ramlan menyebut cuaca di Riau pada umumnya memasuki musim pancoroba atau peralihan. Di mana memasuki Juni sampai September mendatang Riau memasuki musim kemarau kedua.
Ramlan menyatakan, 10 hari tanpa hujan di satu kabupaten maka daerah itu sudah dinyatakan mulai kering. Dengan demikian pemerintah harus meningkatkan kewaspadaan terjadinya karhutla.
"Bahkan saat ini ada beberapa daerah yang sudah mengalami tidak ada hujan sama sekali lebih dari 21 hari," katanya Ramlan.
Ramlan menyatakan BMKG siap berkolaborasi dengan Satgas Karhutla Riau untuk mencegah terjadinya bencana kabut asap. BMKG bakal mendukung Satgas memberikan data secara cepat dan akurat.
Advertisement