Merger Bank Syariah Disebut Tepat saat Pandemi Covid-19, Kenapa?

Adanya merger bank Syariah ini diprediksikan ke depannya posisi ekonomi Indonesia bisa masuk Top 10 the largest GDP secara global.

oleh Liputan6.com diperbarui 16 Feb 2021, 16:47 WIB
Nasabah memanfaatkan layanan digital bank melalui layanan Mandiri Syariah Mobile di Jakarta, Rabu (8/7/2020). Mandiri Syariah juga mengoptimalkan metode pembayaran digital tanpa uang tunai sebagai upaya untuk mengurangi risiko penyebaran Covid-19 di Era New Normal. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta Langkah Pemerintah menggabungkan 3 bank Syariah di Indonesia dinilai tepat. Ekonom Senior INDEF Iman Sugema meyakini Indonesia bisa menjadi salah satu pemain besar (big players) ekonomi Syariah di global dan masuk Top 10 The Largest GDP di dunia di kemudian hari.

“Tentunya menjadi ironis sekali kalau kita sebagai negara berpenduduk Muslim terbesar itu tidak memiliki bank syariah atau Islamic Banks yang cukup recognized di tataran global itu sangat ironis ya,” kata Iman dalam diskusi online INDEF, Selasa (16/2/2021).

Itu sebabnya, dia sangat mendukung dan mengapresiasi langkah pemerintah yang menggabungkan 3 bank Syariah menjadi Bank Syariah Indonesia. Sudah seharusnya Indonesia menyusun kekuatan dan memanfaatkan domestic market sendiri.

“Tentunya suatu saat ketika sudah kuat di domestic market, maka kita secara otomatis bisa menjadi big player di global,” jelas dia.

Bahkan Iman menyebut, dengan adanya merger bank Syariah ini diprediksikan ke depannya posisi ekonomi Indonesia bisa masuk Top 10 the largest GDP secara global.

“Sekarang kan rangking ke 13 atau 14 GDP terbesar. Tapi beberapa tahun lagi Indonesia akan masuk top 10 The largest GDP,” ujarnya.

Lebih lanjut Iman mengatakan, jika pemerintah tidak memanfaatkan kesempatan merger ini maka perkembangan ekonomi Syariah Indonesia akan jauh tertinggal dibanding negara-negara yang penduduk muslimnya sedikit.

“Tidak hanya strategic tapi merupakan kepentingan ekonomi untuk mendevelop sebuah Syariah market atau Islamic market yang sudah terbentuk natural di Indonesia, daripada di manfaatkan oleh negara lain,” ungkapnya.

Demikian, Iman menyebut pembentukan BSI di masa pandemi covid-19 merupakan waktu yang tepat. Ia memprediksi pasca pandemi profit loss sharing atau bagi hasil BSI akan menjadi tren yang jauh lebih berkembang.

“Sehingga menjadi sangat penting untuk mencuri start sebetulnya sebelum orang lain menggarap itu ya kita garap duluan dengan cara memperbesar sendiri, dan tidak hanya terbatas di Indonesia, secara global kita juga harus menjadi player yang signifikan,” pungkasnya.

Reporter: Anggun P Situmorang

Sumber: Merdeka.com

Load More

Saksikan Video Ini


Ekonom: BSI Jadi Titik Balik Perkembangan Ekonomi Syariah di Indonesia

Pekerja beraktivitas di kantor cabang Bank Syariah Indonesia, Jakarta Selasa (2/2/2021). Pada 27 Januari 2021, BSI telah mendapatkan persetujuan dari OJK ditandai dengan keluarnya Salinan Keputusan Dewan Komisioner OJK Nomor 4/KDK.03/2021. (Liputan6.com/Johan Tallo)

Ekonom Senior INDEF Iman Sugema, menilai merger 3 bank Syariah Indonesia di masa pandemi covid-19 sangat tepat. Hal itu bisa menjadi titik balik untuk ekonomi Syariah di Indonesia kedepan.

“Ironis sekali kalau kita sebagai negara berpenduduk muslim terbesar itu tidak memiliki bank syariah atau Islamic Banks yang cukup recognized di tataran global itu sangat ironis,” kata Iman dalam Diskusi Online INDEF, Selasa (16/2/2021).

Sebab market Indonesia sangat luas diantara negara-negara berpenduduk muslim di dunia. Sehingga Iman berpendapat, hal itu menjadi sah jika ada keinginan dari pemerintah untuk mendorong  Indonesia agar memiliki Islamic Bank yang recognisable secara global.

Lebih lanjut, dilihat dari sisi komparatif, dampak dari covid-19 di Indonesia relatif lebih ringan dibandingkan negara-negara lain. Sehingga inilah kesempatan untuk melakukan positioning bagi perbankan di Indonesia untuk membentuk Bank Syariah Indonesia.

“Tampaknya yang menjadi tujuan utama atau top target Ultimate golnya adalah menjadikan bank syariah Indonesia menjadi top 10 dalam capitalization globalisasi Islamic Banks. Tentunya kita mengerti mengenai positioning akhir dari hal tersebut, hanya saja mungkin nanti perlu kita cermati mengenai implikasi-implikasinya,” jelasnya.

Meskipun di hampir semua negara dan rata-rata terdampak covid-19 jauh lebih berat dibandingkan Indonesia. Sebenarnya ini menjadi kesempatan Pemerintah Indonesia memperkuat sektor perbankan, khususnya perbankan Syariah.

“Karena kita lebih ringan maka kita sebetulnya bisa curi start,artinya kita bisa memicu akselerasi dan melakukan akselerasi dikala bank-bank lain dan negara-negara lain sedang kesulitan,  sehingga keuntungan curi start ini hanya bisa diperoleh jika bank hasil merger ini menghimpun kekuatan yang cukup besar untuk lompatan-lompatan ke depan,” ungkapnya.

Lantas lompat-lompatan apa saja yang bisa dilakukan oleh bank syariah Indonesia?

“Tentunya lompatan yang akan paling dirasakan adalah digitalisasi, kita tahu bahwa dengan pandemi ini akselerasi digitalisasi justru menjadi bertambah deras. Intinya Kalau sebuah bank syariah itu masih relatif kecil maka digitalisasi itu menjadi terbatas,” pungkasnya.   

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya