Liputan6.com, Jakarta - Aplikasi streaming film Disney Plus kini memiliki 94,9 juta pelanggan di seluruh dunia. Capaian ini diumumkan dalam laporan kinerja kuartal pertama 2021.
Mengutip laman The Verge, Rabu (17/2/2021), terdapat peningkatan jumlah pelanggan Disney Plus dibandingkan Desember 2020. Saat itu pelanggan Disney Plus mencapai 86 juta.
Advertisement
Peningkatan jumlah pelanggan Disney Plus ini tidak lepas dari banyaknya film yang dirilis pada masa liburan, sebut saja animasi Soul dari Pixar hingga episode terakhir The Mandalorian yang rilis akhir tahun.
Disney Plus juga berhasil mencapai target 90 juta pelanggan sejak kehadirannya. Padahal mulanya target ini hendak dicapai dalam 4 tahun. Perusahaan pun merevisi targetnya dengan membidik 230-260 juta pelanggan pada 2024.
Capaian 94,9 juta pelanggan per 2 Januari 2021 ini tak lepas dari kehadiran serial WandaVision dari Marvel Studio TV yang dirilis pada 15 Januari lalu.
Dengan berjalannya seri ini, bukan tidak mungkin saat ini jumlah pelanggan Disney Plus sudah mencapai 100 juta.
Tarif Langganan Bakal Dinaikkan
Capaian ini membuahkan pendapatan USD 3,5 miliar bagi Disney. Perusahaan pun masih berupaya untuk meningkatkan jumlah pendapatannya.
Apalagi saat ini rerata biaya langganan per pelanggan hanya USD 4,03 per akun. Hal ini tidak lepas dari biaya berlangganan Disney Plus Hotstar (di India dan Indonesia) yang jauh lebih murah dibandingkan pasar lain.
Untuk itulah, Disney berencana untuk meningkatkan pendapatannya dalam beberapa bulan ke depan.
Salah satunya adalah melalui kenaikan biaya langganan, yang pertama akan diterapkan untuk pelanggan di Amerika Serikat.
Perlu diketahui, mulai 26 Maret 2021, Disney Plus akan menagih biaya berlangganan USD 7,99 per bulan (setara Rp 111,4 ribuan) atau USD 79,99 per tahun (setara Rp 1,1 juta).
Advertisement
Bantu Pendapatan Disney
Sekadar informasi, bisnis streaming memiliki masa depan yang cerah bagi Disney, setidaknya dalam laporan pendapatannya.
Saat ini total pendapatan Disney adalah USD 16,25 miliar.
Pendapatan ini masih turun 20 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, salah satunya karena pandemi Covid-19 "memaksa" perusahaan banyak menutup bisnis taman hiburannya.
(Tin/Isk)