Imbal Hasil Obligasi Jadi Sorotan, Bursa Saham Asia Lesu

Bursa saham Asia merosot seiring wall street beragam karena investor cermati imbal hasil obligasi.

oleh Dian Tami Kosasih diperbarui 17 Feb 2021, 08:46 WIB
Orang-orang berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

Liputan6.com, Jakarta - Bursa saham Asia Pasifik melemah pada perdagangan Rabu pagi (17/2/2021) seiring indeks saham S&P 500 turun di wall street. Investor mencermati kenaikan imbal hasil obligasi.

Di Jepang, indeks saham Nikkei melemah 0,76 persen pada awal perdagangan. Sementara itu, indeks saham Topix turun 0,17 persen. Ekspor Jepang menguat 6,4 persen pada Januari 2021 dibandingkan awal tahun lalu.

Di Korea Selatan, indeks saham Kospi tergelincir 0,94 persen. Indeks saham Australia/ASX 200 melemah 0,44 persen. Indeks saham MSCI Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,41 persen.

Sementara itu, bursa saham China masih libur untuk memperingati Imlek. Di wall street, indeks saham S&P 500 tergelincir 0,1 persen ke posisi 3.932,59.

Indeks saham Nasdaq susut 0,3 persen ke posisi 14.047,50. Indeks saham Dow Jones menguat 64,35 poin ke posisi 31.522,75.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Imbal Hasil Obligasi Jadi Perhatian

Seorang wanita berjalan melewati layar monitor yang menunjukkan indeks bursa saham Nikkei 225 Jepang dan lainnya di sebuah perusahaan sekuritas di Tokyo, Senin (10/2/2020). Pasar saham Asia turun pada Senin setelah China melaporkan kenaikan dalam kasus wabah virus corona. (AP Photo/Eugene Hoshiko)

 Bursa saham Amerika Serikat dipengaruhi laju imbal hasil obligasi. Imbal hasil obligasi bertenor 10 tahun naik 9 basis poin menjadi 1,3 persen. Suku bunga obligasi bertenor 30 tahun juga mencapai level tertinggi dalam setahun.

“Kenaikan imbal hasil telah didorong oleh meningkatnya kekhawatiran inflasi di tengah kenaikan harga energi bersama dengan prospek stimulus fiskal Amerika Serikat yang besar dan pemulihan global yang memasuki tahap lebih solid karena program vaksinasi COVID-19 mengarah pemulihan ekonomi,” ujar Currency Strategist National Australia Bank, Rodrigo Catril dilansir dari CNBC, Rabu (17/2/2021).

Indeks dolar AS berada di posisi 90,50. Angka ini menguat dari posisi sebelumnya 90,3. Yen Jepang diperdagangkan di kisaran 106,06 per dolar AS setelah melemah di posisi 105,2 per dolar AS.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya