Liputan6.com, Jakarta - Bursa Efek Indonesia (BEI) memperkirakan pasar surat utang (obligasi) dan surat utang syariah (sukuk) korporasi kembali bergairah pada 2021. Sebelumnya, penerbitan obligasi sempat loyo pada 2020 karena pandemi COVID-19.
"Outstanding obligasi korporasi mulai menunjukkan pertumbuhan pasca adanya penurunan yang disebabkan oleh pandemi,” kata Direktur Penilaian Perusahaan BEI I Gede Nyoman Yetna kepada awak media, Rabu (17/2/2021).
Hingga 16 Februari 2021, Nyoman mencatat total emisi obligasi dan sukuk baru yang dicatatkan sudah mencapai Rp 5,11 triliun.
Baca Juga
Advertisement
Nyoman menjelaskan, kebangkitan pasar obligasi pada 2021 ditopang oleh beberapa hal yang menjadi katalis bagi pendanaan korporasi di pasar modal.
Di antaranya, pertama, kebijakan moneter dan fiskal yang tetap akomodatif. Hal ini meliputi ruang penurunan suku bunga akan berlanjut. Tren suku bunga rendah akan menurunkan biaya penerbitan surat utang korporasi.
Kedua, momentum prospek pemulihan ekonomi 2021. Nyoman memperkirakan perusahaan akan membutuhkan dana untuk ekspansi bisnis yang sempat tertunda selama 2020 lalu.
Selain itu, sejumlah perusahaan akan melakukan refinancing atas utang jatuh tempo atau pembayaran utang dengan cara mengajukan pinjaman baru yang bunganya lebih rendah.
Ketiga, stimulus dari bank sentral meningkatkan likuiditas di pasar keuangan. Penempatan dana perbankan di pasar obligasi diperkirakan meningkat.
Keempat, yakni tren pelemahan dolar AS di tengah kebijakan akomodatif AS. Nyoman mengatakan, aliran dana asing diperkirakan kembali ke pasar negara berkembang untuk mencari imbal hasil yang lebih tinggi.
"Secara umum kondisi tersebut memberikan optimisme akan pertumbuhan ekonomi dan diharapkan penerbitan obligasi dan sukuk di tahun ini lebih kondusif dibandingkan tahun 2020,” ujar Nyoman.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Penerbitan Obligasi
Adapun terkait dengan kesempatan penerbitan obligasi dan sukuk pada 2021, dapat dilihat pada aspek likuiditas obligasi dan Sukuk di pasar sekunder.
Dari data yang diperoleh, sepanjang 2020, peningkatan investor di pasar modal yang terdiri atas investor saham, obligasi, maupun reksa dana, mengalami kenaikan 56 persen mencapai 3,88 juta investor. Kenaikan investor ini melonjak empat kali lipat dalam empat tahun terakhir.
"Kondisi tersebut memberikan optimisme akan likuiditas Obligasi maupun Sukuk, dimana dapat menjadi alternatif pilihan investasi yang menarik bagi Investor,” kata Nyoman.
Advertisement