Jerit Peternak Ayam Petelur di Malang Akibat Harga Pakan Mahal

Kondisi ini semakin diperparah harga jual telur yang semakin turun. Mengingat permintaan masyarakat untuk kebutuhan telur menurun drastis.

oleh Liputan6.com diperbarui 17 Feb 2021, 21:13 WIB
Ilustrasi ayam petelur. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Liputan6.com, Surabaya - Keluhan harga pakan yang mahal dilontarkan sejumlah peternak ayam petelur di Kabupaten Malang. Selain mahal, pakan yang ada di pasaran juga mulai langka.  Saat ini harga pakan melambung dari Rp 6.820 per kilogram menjadi Rp 7.820 per kilogram.

"Kalau dihitung per kuintal, kenaikannya sudah mencapai Rp 100 ribu," ujar salah seorang peternak Imam Sibaweh, dikutip dari TimesIndonesia, Rabu (17/2/2021). 

"Biasanya harga konsentrat ini naik ketika dolar naik. Karena bahan bakunya impor. Sekarang dolar stabil, tapi harga jual konsentrat naik," terang tokoh NU Kabupaten Malang tersebut.

Belum lagi kata dia, saat ini kondisi konsentrat sangat langka. "Ada yang bilang ini terjadi karena penimbunan. Sehingga harga pakan menjadi melambung tinggi," terangnya.

Kondisi ini semakin diperparah harga jual telur yang semakin turun. Mengingat permintaan masyarakat untuk kebutuhan telur menurun drastis.

"Harga jualnya sekarang hanya Rp 20 ribu per kilogram. Karena masih PPKM, masyarakat tidak ada yang menggelar hajatan. Sehingga permintaan telur menurun," ungkapnya.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Berharap Ada Solusi

Kondisi harga pakan naik dan langka, belum lagi permintaan dari masyarakat semakin turun kata dia, membuat peternak ayam petelur semakin menjerit.

"Tentunya kami berharap pemerintah pusat terutama agar mencari solusi terkait harga pakan ayam yang mahal ini," tuturnya.

Apabila benar terjadi penimbunan oleh oknum tidak bertanggung jawab kata dia, maka pemerintah harus segera bertindak karena sudah melakukan pelanggaran.

"Sehingga harga konsentrat atau pakan kembali seperti semula dan para peternak ayam khususnya di Kabupaten Malang tidak lagi mengalami kesulitan seperti sekarang," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya