Penciuman Penderita Covid-19 Terganggu? Berikut Cara dari Pakar untuk Memulihkannya

Penderita Covid-19 mengalami gangguan penciuman dan rasa.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 18 Feb 2021, 07:22 WIB
Ilustrasi virus Corona, COVID-19. (Photo by Martin Sanchez on Unsplash)

Liputan6.com, Jakarta- Penderita Covid-19 mengalami gangguan penciuman dan rasa. Hingga kini, lebih dari 100 juta orang telah terinfeksi. Sekitar 60 persen penderita telah mengalami gangguan penciuman dan rasa, dengan 10 persen di antaranya memiliki gejala yang berkepanjangan.

Dikutip dari theconversation.com, Professor of Rhinology and Olfactology, University of East Anglia Carl Philpott mengatakan, sebuah proyek sedang berlangsung untuk menangani masalah gangguan penciuman dan rasa pada penderita Covid-19, tapi akan membutuhkan waktu tidak sebentar sebelum hasil penelitian pertama dipublikasi.

Namun, sekelompok pakar internasional, termasuk Philpott, baru-baru ini meninjau bukti-bukti yang sudah ada dan mendiskusikan rekomendasi kami untuk menangani gangguan penciuman yang disebabkan oleh virus-virus, seperti SARS-CoV-2 yang menjadi sumber penyakit Covid-19.

Kelompok pakar tersebut memakai pengalaman kolektif dalam mengobati pasien dengan gangguan ini dan baru-baru ini mempublikasikan pernyataan konsensus untuk menangani disfungsi penciuman pasca infeksi.

"Kami sepakat bahwa penanganan terbaik adalah melakukan pelatihan penciuman. Kami juga sepakat bahwa tetesan vitamin A dapat menjadi opsi penanganan yang dapat dipertimbangkan," ujarnya.

Kelopok tersebut juga merasa bahwa steroid mungkin tidak memiliki peran dalam penanganan gangguan, tapi mungkin bisa membantu menangani masalah yang lain, seperti rinitis yang menyumbat hidung.

Walaupun kemungkinan pilihan-pilihan lain telah dieksplorasi dalam penelitian terdahulu, standar emas ilmiah – yaitu, uji acak terkontrol – masih belum dipakai untuk menguji pilihan-pilihan tersebut.

Apa itu pelatihan penciuman?

Pelatihan penciuman adalah terapi yang telah dilakukan oleh banyak ahli di bidang gangguan penciuman (olfaktolog).

Pelatihan ini memiliki kelebihan tidak menyebabkan efek berbahaya bagi mereka yang melakukannya. Pelatihan ini juga merupakan penanganan yang tidak memerlukan resep obat, murah dan bisa dilakukan dengan mudah di rumah.

Beberapa studi yang dilakukan pada satu dekade terakhir menunjukkan bahwa paparan berulang dalam jangka pendek terhadap bau-bau dapat membantu mereka yang telah kehilangan indra penciuman mereka.

Mereka yang telah kehilangan indra penciuman mereka karena virus – seperti flu biasa – khususnya telah merasakan manfaat pengobatan ini.

Namun, Philpott dan rekannya masih belum tahu apakah pelatihan penciuman juga bisa mengatasi kehilangan penciuman karena Covid-19, secara umum seharusnya manfaat yang dirasakan tidak berbeda.

Cara tradisional untuk pelatihan penciuman menggunakan empat bau: cengkeh, mawar, lemon, dan kayu putih.

Namun, terdapat banyak barang-barang berbeda di rumah yang bisa menyediakan cakupan beberapa bau, sehingga orang-orang bisa memilih bau yang menurut mereka menyenangkan atau memiliki kedekatan bagi mereka.

Kulit lemon dan jeruk, pala, cengkeh, mint, kayu putih, kopi bubuk, kelapa, dan vanila adalah barang-barang umum yang dapat digunakan.

Pelatihan penciuman merangsang pergantian sel saraf khusus dan membantu memulihkan indera penciuman. Beberapa penelitian menemukan bahwa perubahan pada bagian otak penciuman bisa juga terjadi.

Penelitian lebih baru menganjurkan bahwa empat bau yang digunakan dalam pelatihan penciuman harus diubah setiap 12 minggu.

Hasil dari pendekatan baru ini menunjukkan bahwa pemulihan indera penciuman yang lebih baik bisa tercapai. Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pelatihan penciuman yang berlanjut lebih lama – dalam hitungan minggu –lebih baik. Jadi, kita perlu meneruskan latihan karena hasilnya tidak instan.

Pada akhirnya, mereka yang mengalami gejala berkepanjangan mungkin perlu mencari nasihat medis lebih lanjut dari dokter mereka atau mencari rujukan ke klinik spesialis, terutama jika mereka mengalami gangguan penciuman yang menyakitkan yang disebut sebagai parosmia.

Meski demikian, pelatihan penciuman adalah awal pemulihan yang mudah dan sederhana.

 

Load More

Simak Video Berikut


Tentang Cek Fakta Liputan6.com

Liputan6.com merupakan media terverifikasi Jaringan Periksa Fakta Internasional atau International Fact Checking Network (IFCN) bersama puluhan media massa lainnya di seluruh dunia. 

Cek Fakta Liputan6.com juga adalah mitra Facebook untuk memberantas hoaks, fake news, atau disinformasi yang beredar di platform media sosial itu. 

Kami juga bekerjasama dengan 21 media nasional dan lokal dalam  cekfakta.com untuk memverifikasi berbagai informasi yang tersebar di masyarakat.

Jika Anda memiliki informasi seputar hoaks yang ingin kami telusuri dan verifikasi, silahkan menyampaikan kepada tim CEK FAKTA Liputan6.com di email cekfakta.liputan6@kly.id.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya