Liputan6.com, Jakarta - Gerak Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) betah di zona merah pada perdagangan saham Rabu, (17/2/2021). Hal ini terjadi di tengah pasar menanti hasil rapat dewan gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI) yang berlangsung 17-18 Februari 2021.
Mengutip data RTI, IHSG melemah 1,03 persen ke posisi 6.227,72. Indeks saham LQ45 turun 1,38 persen ke posisi 946,66. Sebagian besar indeks saham acuan tertekan. Sebanyak 333 saham melemah sehingga menekan IHSG. Sedangkan 155 saham menguat dan 149 saham diam di tempat.
Pada perdagangan saham Rabu pekan ini, IHSG sempat berada di level tertinggi 6.314,55 dan terendah 6.209,31.
Baca Juga
Advertisement
Total frekuensi perdagangan saham 1.481.030 kali dengan volume perdagangan saham 17,9 miliar saham. Nilai transaksi harian saham Rp 13,1 triliun. Investor asing jual saham Rp 47,15 miliar di pasar reguler. Posisi dolar Amerika Serikat terhadap rupiah di kisaran Rp 13.950.
Secara sektoral, sebagian besar sektor saham tertekan kecuali sektor saham perdagangan turun 0,41 persen. Sektor saham industri dasar melemah 2,7 persen, dan catat penurunan terbesar. Diikuti sektor saham aneka industri merosot 1,81 persen dan sektor saham infrastruktur merosot 1,75 persen.
Analis PT Binaartha Sekuritas, Nafan Aji menuturkan, ada sejumlah sentimen yang menekan IHSG jelang pengumuman RDG BI. Pertama, pasar masih sepi sehubungan dengan ada beberapa negara seperti China dan Taiwan yang sedang memperingati Imlek.
Kedua, pasar menanti pengesahan dari Kongres Amerika Serikat (AS) terhadap program stimulus Presiden AS Joe Biden senilai USD 1,9 triliun.
"Market menanti pengumuman BI dalam rangka menetapkan tingkat suku bunga acuan. Market menanti statement Jerome Powell yang diperkirakan akan cenderung dovish,” kata Nafan saat dihubungi Liputan6.com lewat pesan singkat, Rabu pekan ini.
Nafan menuturkan, jika BI turunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin akan sangat mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. Pada bulan lalu, suku bunga acuan Bank Indonesia di kisaran 3,75 persen. Nafan mengatakan, Indonesia dapat terhindari dari resesi mulai kuartal I 2021 jika suku bunga acuan BI turun.
“Dampak negatif temporer ialah potensi terdepresiasi rupiah terhadap dolar AS,” kata dia.
Dengan suku bunga acuan turun, Nafan mengatakan dapat berdampak ke sektor saham keuangan, konsumsi, infrastruktur, properti dan manufaktur. “Yang terpenting statement BI seyogyanya menunjukkan hawkish,” kata dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Gerak Saham hingga Bursa Asia
Saham-saham bank catatkan penguatan terbesar atau top gainers antara lain saham BGTG naik 35 persen, saham INPC melonjak 35 persen, saham BVIC mendaki 34,92 persen, saham BABP naik 34 persen, dan saham DNAR meroket 28,89 persen.
Sementara itu, saham-saham yang tertekan antara lain saham PLAN merosot 9,76 persen, saham FILM turun 6,98 persen, saham BOLT susut 6,96 persen, saham AKSI tergelincir 6,9 persen, dan saham CASA susut 6,9 persen.
Saham-saham yang dibeli investor asing antara lain saham BBRI sebanyak Rp 115,6 miliar, saham BTPS sebanyak Rp 27,8 miliar, saham UNTR sebanyak Rp 27,3 miliar, saham ACES sebanyak Rp 14,1 miliar dan saham TOWR sebanyak Rp 12,9 miliar.
Saham-saham yang dijual investor asing antara lain saham BBNI sebanyak Rp 80,4 miliar, saham BMRI sebanyak Rp 75,2 miliar, saham ASII sebanyak Rp 57,8 miliar, saham MNCN sebanyak Rp 23,6 miliar dan saham INKP sebanyak Rp 22 miliar.
Bursa saham Asia cenderung terkoreksi kecuali indeks saham Hong Kong Hang Seng naik 1,1 persen dan indeks saham Taiwan menguat 3,54 persen. Sementara itu, indeks saham Korea Selatan melemah 0,85 persen, indeks saham Jepang Nikkei susut 0,58 persen, indeks saham Thailand turun 0,37 persen dan indeks saham Singapura tergelincir 0,48 persen.
Advertisement