Liputan6.com, Jakarta - Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan penyakit malaria menewaskan lebih dari 400 ribu orang pada 2019 lalu.
Sebuah startup asal Israel, ZzappMalaria mengampanyekan pemberantasan malaria dengan memanfaatkan Artificial Intelligent (AI) atau kecerdasan buatan.
Mereka mendeteksi wilayah dengan kondisi yang diperkirakan menjadi sarang nyamuk pembawa penyakit malaria.
Dikutip dari The Next Web, Jumat (19/2/2021), teknologi perusahaan berfokus pada larvasida, metode perawatan badan air tempat serangga berkembang biak. Umumnya, pekerja lapangan dapat dengan mudah kehilangan sejumlah besar air yang mereka butuhkan untuk larvasida.
Sementara sistem berbasis kecerdasan buatan ini menggunakan jaringan untuk mengekstrak lokasi rumah dari citra satelit, yang menunjukkan dengan tepat di mana populasi terdampak. Kemudian mereka menganalisis topografi, data radar, dan citra satelit multispektral untuk membuat peta panas probabilitas badan air.
Baca Juga
Advertisement
Aplikasi kemudian mengalokasikan area untuk pekerja dan memandu mereka di lapangan. Itu juga secara otomatis dikirimkan ke dasbor situs, sehingga manajer dapat memantau secara realtime.
CEO ZzappMalaria Arnon Houri-Yafin menyontohkan penggunaannya, sehingga mendapatkan target lokasi mana yang dapat diambil sampelnya hingga rumah yang perlu dilakukan tindakan penyemprotan.
“Pada dasarnya, mereka menghilangkan tebakan dari setiap kampanye eliminasi dan membantu memfokuskan sumber daya tepat di tempat yang paling mereka butuhkan, secara signifikan menurunkan jam kerja dan biaya larvasius,” kata Houri-Yafin.
Dia mengatakan, bahkan pekerja yang tidak berpengalaman yang menggunakan aplikasi dapat menemukan lebih dari 90 persen air yang mereka butuhkan untuk terhindar dari risiko terserang penyakit.
Selain itu, kata dia, kelambu saat ini menjadi alat pertahanan yang paling sering dimanfaatkan. Kendati demikian, ia berharap kalau dapat membatu lebih baik dengan bantuan AI.
“Dan kami berharap dapat segera menunjukkan bahwa kami dapat melakukan lebih baik lagi dengan bantuan aplikasi berbasis AI,” tutur Houri-Yafin.
Bekerja Sama dengan Para Ahli
Perusahaan telah bekerja dengan para ahli di lapangan untuk mengembangkan teknologi tersebut. Dr Abebe Asale dari Pusat Internasional Fisiologi dan Ekologi Serangga (ICIPE) mengatakan solusinya telah menyederhanakan operasi.
Pada dasarnya, teknologi membantu tim dalam menghemat waktu dan energi.
“Dalam operasi di wilayah Amhara pada tahun 2019, kami menemukan semua badan air, yang biasanya merupakan tantangan besar. Itu juga membantu kami dalam memprioritaskan desa-desa yang terkena dampak parah,” katanya.
ZzappMalaria saat ini sedang melakukan operasi di Ghana yang mencakup lebih dari 200.000 orang. Mereka juga berkolaborasi dalam operasi larvasida yang akan datang di Zanzibar yang melibatkan drone. Perusahaan juga terpilih sebagai salah satu dari tiga finalis untuk tantangan "AI for Good" IBM Watson XPRIZE.
Jika perusahaan memenangkan hadiah utama US$ 2,5 juta atau setara Rp35 milyar, ia berencana menggunakan dana tersebut untuk memperluas operasinya ke seluruh dunia.
Advertisement