Penanganan Tak Pernah Tuntas, Bencana Banjir Selalu Muncul Tiap Tahun

Bencana banjir yang muncul setiap musim hujan menunjukkan masalah ini belum ditangani secara tuntas.

oleh Andina Librianty diperbarui 18 Feb 2021, 12:10 WIB
Aktivitas warga saat banjir merendam Jalan KH. Ahmad Dahlan Cipondoh, Tangerang, Selasa (16/2/2021). Hujan deras yang melanda wilayah Tangerang mengakibatkan ruas jalan alternatif penghubung Tangerang dengan Jakarta tersebut banjir setinggi lutut orang dewasa. (Liputan6.com/Angga Yuniar)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, dibutuhkan kolaborasi dalam menangani bencana banjir di Indonesia. Oleh sebab itu, harus dilakukan secara utuh melalui berbagai kegiatan multisektoral.

Menurut Basuki, penanganan banjir tidak bisa dilakukan secara efektif jika hanya secara teknikal. Pasalnya, proses penyelesaiannya membutuhkan upaya dan waktu yang tidak sebentar.

Jika hanya secara teknikal, dan ketika parameter desainnya berubah maka jenis penanganan tersebut menjadi sangat rentan.

"Oleh karena itu penanganan banjir harus dilakukan secara utuh melalui berbagai kegiatan multisektoral, yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan dengan visi bersama untuk menyelesaikan masalah secara berkelanjutan," kata Basuki dalam pidato sambutan yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian PUPR, Mohammad Zainal, dalam webinar "Kenapa Banjir?" pada Kamis (18/2/2021).

Kolaborasi banyak pihak, katanya, adalah syarat utama untuk keberhasilan pengelolaan risiko banjir. Kewenangan dan kewajiban Kementerian/Lembaga yang cenderung kaku, perlu diterjemahkan di lapangan terutama oleh peran penanggungjawab di lapangan secara bersama-sama.

"Nuansa kebersamaan dan kolaborasi perlu kita upayakan segera menjadi kenyataan di lapangan, sehingga terhadap masalah-masalah tertentu setiap warga akan memahami siapa yang bekerja dan apa program kegiatannya," jelas Basuki.

Bencana banjir yang muncul setiap musim hujan dinilai menunjukkan bahwa hal tersebut belum ditangani secara tuntas.

Cara-cara lama yang sangat teknikal dinilai tidak menyelesaikan masalah tersebut secara tuntas, melainkan hanya menurunkan elevasi muka air tanpa melihat pengaruh risiko banjir di masa mendatang. Di sisi lain, upaya non-teknis sejauh ini masih hanya sebatas wacana di seminar dan tulisan.

Sejak Januari hingga desember 2020, telah terjadi 2.900 kali bencana alam yang didominasi oleh bencana hidrometeorologi. Dari total bencana itu, banjir terjadi 1.065 kali.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Cegah Banjir, Bogor Bangun Drainase Vertikal di Wilayah Rawan Genangan Air

Pekerjaan revitalisasi saluran drainase jalan nasional sepanjang 5.000 Km yang termasuk dalam cakupan program Padat Karya Tunai (PKT). (Dok Kementerian PUPR)

Saat hujan tiba beberapa wilayah kerap dilanda oleh genangan air ketika masuk musim hujan. Genangan air ini disebabkan oleh karena kurang tersedianya drainase, atau tempat saluran air mengalir.

Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Kabupaten Bogor telah menyiapkan pembangunan drainase vertikal di sejumlah titik daerah rawan genangan.

 

Drainase vertikal merupakan saluran air yang dibangun untuk mengalirkan air hujan secara vertikal dari permukaan ke dalam tanah.

“Drainase ini terdiri dari 2 katup mainhole penangkap air hujan dan alat modulur tank rainsave sebagai tampungan yang dirakit, disusun, dan dilapisi kain geotextil serta beralaskan pasir dan kerikil yang ditanam memanjang di dalam tanah,” ujar Kepala Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bogor, R. Soebiantoro dalam keterangan tertulis, Selasa (16/2/2021).

Lalu bagaimana cara kerja drainase vertikal?

Dia menjelaskan, fungsi drainase vertikal menampung air hujan agar tidak semua mengalir ke selokan dan sungai, menyerap air hujan sehingga bisa terserap oleh tanah secara cepat, mencegah musibah banjir di Kabupaten Bogor, mencegah kekeringan di musim kemarau.

Drainase vertikal atau sumur resapan memiliki kedalaman hingga 2 meter dari pipa kontrol sampai dasar alat rainsave dengan panjang permukaan mencapai 3,5 meter . Air kemudian mengalir melalui 2 katup mainhole penangkap air hujan dengan kedalaman 1 meter.

Air yang berada di masing-masing katup mainhole selanjutnya akan dialirkan melalui pipa menuju alat rainsave sebagai tampungan air hujan.

Pada dasar katup mainhole dan tampungan alat rainsave terdapat pasir dan kerikil dengan masing-masing tebal 10 cm yang berfungsi untuk membantu mempercepat penyerapan air ke dalam tanah.

"Dengan adanya bantuan drainase vertikal dari Dinas PUPR , kini masalah genangan yang terjadi di Kabupaten Bogor sudah dapat teratasi.  Warga bisa beraktifitas dengan tenang tanpa khawatir rumahnya dilanda genangan saat hujan tiba, “ jelasnya lagi.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya