Liputan6.com, Jakarta - Generasi muda (milenial dan Gen Z) disebut akan mengendalikan pasar modal pada masa mendatang. Hal ini mengacu pada pertumbuhan investor tahun lalu yang mencapai 3,9 juta single investor id (SID), atau melonjak 56 persen secara year on year (yoy).
Dari jumlah tersebut, Direktur Mandiri Sekuritas Heru Handayanto menyebutkan sekitar 50 persen di antaranya merupakan generasi milenial. Sehingga ia yakin pasar modal akan dikendalikan oleh generasi ini.
"Kami optimis masa depan pasar modal akan didorong oleh generasi muda," kata dia dalam seminar Market Outlook: Deciphering the Future of an Erratic Market, Kamis (18/2/2021).
Baca Juga
Advertisement
Heru menuturkan, peran investor perorangan dalam negeri telah menjadi kontribusi penting bagi peningkatan likuiditas pasar saham dan keuangan.
Adapun transaksi harian rata-rata per hari naik 3,8 kali lipat dari Rp 5,3 triliun pada kuartal I tahun lalu menjadi Rp 20,1 triliun pada Januari 2021.
"Jika Anda melihat data, kepemilikan investor ritel atas free float IHSG meningkat menakjubkan lebih dari 25 persen tahun lalu,” kata dia, merujuk data pada Mandiri Sekuritas.
Investor lokal juga mencatatkan kenaikan 2 persen, sementara tipe investor lainnya justru mencatatkan pertumbuhan minus. "Hanya investor ritel perorangan yang berkembang sangat cepat dalam kepemilikan saham kami," kata Heru.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
Trik Investasi Saham bagi Investor Pemula
Sebelumnya, saham menjadi salah satu instrumen investasi yang diminati generasi muda saat ini. Hal ini ditunjukkan dari pertumbuhan investor ritel terutama generasi muda saat pandemi COVID-19. Lalu ingin tahu investasi saham bagi Anda yang tertarik?
Mantan Direktur Pengawasan Transaksi dan Kepatuhan Bursa Efek Indonesia (BEI) Hamdi Hassyarbaini menuturkan, investasi saham perlu persiapan matang. Oleh karena itu, investasi saham juga perlu belajar.
"Investasi saham bukan main saham. Terminologi di pasar main saham. Kalau main-main tidak perlu persiapan matang, padahal kita investasi saham. Investasi saham perlu belajar dulu," ujar Hamdi seperti dikutip dari diskusi virtual yang ditulis Minggu, 7 Februari 2021.
Kemudian, jika ingin berinvestasi sebelumnya merencanakan keuangan. Dari penghasilan yang didapat sebaiknya dialokasikan terlebih dahulu untuk biaya hidup, kebutuhan lain dan dana darurat. Hamdi mengingatkan dana investasi seharusnya berasal dari dana menganggur atau dana dingin, bukan dari pinjaman.
"Kalau ada sisa baru diinvestasikan, bukan online dan dana pendidikan. Perencanaan keuangan harus dilakukan, investasi dari dana dingin atau idle," kata dia.
Selanjutnya, Hamdi mengingatkan untuk mengenali saham perusahaan yang dibeli. Hal itu mulai mengenali bisnis, produk, rekam jejak.
"Jangan beli karena kucing dalam karung, dan tak paham," tutur dia.
Hamdi menambahkan, lebih baik salah waktu dan harga ketimbang salah saham. "Tidak apa-apa punya saham sedikit lebih tinggi, tapi fundamental bagus. Prinsipnya harga naik sepanjang fundamental bagus," ujar dia.
Selain itu, Hamdi menegaskan jangan menampung pisau jatuh. Hal ini seiring harga saham di pasar dapat terus turun.
"Kalau nampung pisau jatuh menyakitkan. Saham tiap hari auto rejection bawah (ARB), harga sudah turun setiap hari, jangan dibeli dulu, menampung pisau jatuh. Tunggu dulu harga mantul," ujar dia.
Ia menambahkan, jangan mengejar layang-layang putus karena harga terus naik. "Jangan diburu, dicoba masuk perangkap bandar. Kalau Anda kejar layang-layang putus, dapat jatuh ke bawah," ujar dia.
Hamdi juga mengingatkan agar fokus kepada target dan meyakinkan diri sendiri. Ia menuturkan agar tidak mempedulikan pompom hingga influencer. "Yakinkan diri, sudah riset, dan pilih saham, yang lain hanya informasi tambahan," ujar dia.
Advertisement