Liputan6.com, Jakarta - Sebagai respons atas gelombang kejahatan rasial anti-Asia di Amerika Serikat dalam beberapa pekan terakhir, sejumlah influencer mode berkumpul menyuarakan keprihatinan mereka, sekaligus mengutuk kekerasan tersebut.
Melansir laman CNN, Kamis (18/2/2021), dalam 24 jam terakhir, suara-suara berpengaruh, seperti editor in chief Majalah Allure, Michelle Lee, dan desainer Phillip Lim telah digemakan, di mana mereka mengunggah video di Instagram untuk berbagi pengalaman pribadi tentang rasisme.
Juga, meningkatkan kesadaran dengan menggunakan tagar #StopAsianHate. "Banyak dari (tindak kekerasan) ini disebabkan kebencian dan kemarahan yang salah tempat dan frustrasi atas pandemi, hingga orang tua kita diserang secara random," kata Lee.
"Ini bukan hanya pelecehan dan pemanggilan nama 'kung flu,' sekarang telah berpindah ke orang-orang yang diserang dan dibunuh," tuturnya. "Kami telah meneriakkannya selama berbulan-bulan dan orang-orang tampaknya tak peduli."
Baca Juga
Advertisement
Kemudian dalam unggahannya, Lim mengatakan, ia telah menonton video viral tentang serangan dan kejahatan yang menargetkan bisnis Asia. Setelah menghubungi teman dan kolega Asia-Amerika, ia mulai mendengar cerita mereka.
Dalam keterangannya, teman dan kolega sang desainer merasa "diintimidasi, dilecehkan, dan diserang" di lingkungan mereka sendiri, selama sebulan terakhir. Banyak komunitas Asia menyebut, serangan yang tampaknya tak beralasan ini sebagai kejahatan rasial. Council of Fashion Designers of America (CFDA), minggu ini juga telah mengeluarkan pernyataan tentang "tak ada toleransi untuk kejahatan rasial dalam bentuk apa pun."
"Saya yakin kalian punya cerita keluarga sendiri dengan berbagai detail pengorbanan. Tapi, saya percaya semua dengan tujuan yang sama, untuk mencari kehidupan lebih baik," ujar Lim setelah menunjukkan foto-foto perjalanan keluarganya berimigrasi ke Amerika.
"Jadi, saya meminta Anda sebagai sesama Amerika, sesama manusia. Maukah Anda berdiri bersama saya, maukah Anda berdiri bersama kami, sesama orang Amerika, orang Asia-Amerika, untuk menghentikan kebencian ini?" imbuhnya.
Influencer lain yang berbicara di media sosial terkait gerakan ini, termasuk direktur mode Instagram, Eva Chen, dan jurnalis mode Inggris Susie Lau.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Kasus Diduga Kejahatan Rasial
Penyerangan demi penyerangan diperkirakan dipicu rasisme dan diskriminasi terhadap orang Asia selama pertempuran melawan virus corona baru di Amerika Serikat. Ditambah bahasa yang menghasut, seperti "virus China" dan "kung flu" yang disuarakan mantan Presiden Donald Trump.
Menurut data yang dirilis Stop AAPI Hate pada 9 Februari, terdapat lebih dari 2,8 ribu laporan langsung dari kasus kekerasan anti-Asia di 47 negara bagian, termasuk serangan fisik, pelecehan verbal, dan dengan sengaja dibatukkan atau diludahi antara pertengahan Maret hingga akhir 2020. Sejak akhir Januari, sejumlah serangan yang mencolok terhadap orang Asia-Amerika, khususnya lansia, telah membuat publik waspada, terutama selama liburan Imlek.
Di San Francisco, seorang imigran berusia 84 tahun dari Thailand meninggal setelah didorong dengan kasar saat jalan pagi oleh seorang pria 19 tahun. Di dekat Pecinan Oakland, polisi mengatakan, seorang pria melukai seorang pria berusia 91 tahun, seorang pria berusia 60 tahun, dan seorang wanita berusia 55 tahun.
Seorang wanita 64 tahun dirampok di luar pasar Vietnam di San Jose, California. Meski sulit membuktikan insiden semacam itu semata-mata dimotivasi kefanatikan anti-Asia, banyak pendukung dan kelompok hak asasi memercayainya. Pola ini juga dijelaskan menunjuk pada pola kebencian yang ditargetkan sejak awal pandemi COVID-19.
Advertisement