Meneropong Prospek Imbal Hasil Obligasi pada 2021

Direktur Mandiri Sekuritas Heru Handayanto menuturkan, suku bunga lebih rendah dan likuiditas yang tinggi, baik di global dan domestik bertahan hingga 2022.

oleh Pipit Ika Ramadhani diperbarui 18 Feb 2021, 15:53 WIB
Ilustrasi obligasi

Liputan6.com, Jakarta - Obligasi rupiah Indonesia (INDOGB) diperkirakan mencatatkan tren imbal hasil yang lebih rendah pada 2021.

Hal tersebut diungkapkan Direktur Mandiri Sekuritas Heru Handayanto dalam seminar Market Outlook: Deciphering the Future of an Erratic Market yang digelar hari ini. 

"Suku bunga yang lebih rendah dan likuiditas yang tinggi, baik di global dan domestik, mungkin akan bertahan hingga tahun depan,” kata dia, Kamis (18/2/2021).

Meskipun imbal hasil INDOGB 10 tahun telah turun 112 bps pada 2020, dalam hal imbal hasil riil, Heru mengatakan angka tersebut lebih tinggi dari rata-rata jangka panjang dalam 10 tahun terakhir. Selain itu obligasi tersebut masih menawarkan imbal hasil riil tertinggi dibandingkan dengan negara-negara berkembang lainnya.

"Kami memperkirakan imbal hasil INDOGB 10 tahun dapat turun lebih jauh menjadi 5,75 - 6 persen. Dengan asumsi covid-19 sudah terkendali dan defisit fiskal secara bertahap kembali ke level maksimum - 3 persen dari PDB pada tahun 2023,” ujar Heru.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini


Imbal Hasil Investasi

Jika prediksi tersebut terjadi, Heru menuturkan, rata-rata imbal hasil investasi INDOGB akan berkisar 6-8 persen pada 2021.

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan, yakni ada risiko dari meningkatnya jumlah infeksi Covid-19 dan vakum lambat dapat mengurangi prospek pertumbuhan PDB. Sehingga menurunkan ruang fiskal dan berisiko munculnya kembali sentimen risk-off.

Kedua, yakni turut memperhatikan stimulus (tapering) yang digelontorkan Bank sentral AS atau Federal Reserve untuk program pembelian obligasi (quantitative easing/QE).

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya