Liputan6.com, Jakarta - Sebuah studi teknologi tinggi telah menemukan fakta baru terkait kematian Raja Mesir, seorang firaun yang memerintah lebih dari 3 ribu tahun lalu. Temuan dalam studi itu diungkapkan Kementerian Barang Antik Mesir.
Dikutip dari AFP, Jumat (19/2/2021), Seqenenre Tao II yang dijuluki "Sang Pemberani", memerintah Mesir selatan sekitar 1.600 tahun sebelum Masehi. Dia terkenal saat memimpin pasukan Mesir melawan Hyksos, sebuah dinasti asal Asia Barat yang telah mengambil alih Delta Nil.
Advertisement
Jasad Seqenenre pernah diperiksa dengan sinar-X pada 1960-an, yang menunjukkan luka di bagian kepalanya tetapi ditutupi saat pembalseman.
Kemudian CT scan terbaru yang menghasilkan gambar 3D, arkeolog Zahi Hawass dan profesor radiologi Universitas Kairo, Sahar Salim menyimpulkan Seqenenre dibunuh dalam upacara eksekusi setelah ditawan di medan perang.
"CT scan mengungkap adanya cedera kepala, termasuk luka yang tidak ditemukan dalam pemeriksaan sebelumnya, dan disembunyikan dengan terampil oleh pembalsem," kata Kementerian Purbakala Mesir dalam sebuah pernyataan.
Saksikan Video Berikut Ini:
Mempelajari Luka-luka
Para peneliti kemudian mempelajari luka-luka ini dengan mengaitkannya ke berbagai senjata Hyksos yang disimpan di Museum Mesir di Kairo. Senjata-senjata itu termasuk kapak, tombak, dan beberapa belati.
"Tangan cacat mumi itu menunjukkan bahwa Seqenenre mungkin ditangkap di medan perang, dan tangannya diikat ke belakang punggungnya, mencegah dia dari menangkis serangan keras di kepalanya," kata pernyataan itu.
Studi yang diterbitkan di Frontiers of Medicine itu juga mengungkap pemindaian tulang menunjukkan bahwa firaun berusia sekitar 40 tahun ketika dia meninggal.
Para peneliti diketahui telah menghabiskan puluhan tahun berupaya untuk menemukan penyebab kematian Seqenenre, yang jasadnya ditemukan pada akhir abad ke-19 dan memiliki luka yang terlihat di bagian wajahnya.
Advertisement