Liputan6.com, Jakarta - Indonesia kini tengah mengembangkan vaksin COVID-19 bernama Vaksin Nusantara. Inisiator Vaksin Nusantara, dokter Terawan Agus Putranto SpRad(K) mengatakan bila pengembangannya berjalan lancar, vaksin bakal ditargetkan diproduksi 10 juta dosis per bulan.
Vaksin Nusantara yang digagas Terawan tersebut diklaim menjadi sebuah revolusi vaksin. Terawan menyebut vaksin itu dibuat berdasarkan individual.
Advertisement
"Kita sangat berbahagia karena ini sangat terbuka dan menarik. Sebuah revolusi di dalam vaksin yang tadinya konservatif menjadi sebuah yang individual," kata mantan Menteri Kesehatan itu saat mendampingi kunjungan kerja Komisi IX DPR ke RSUP dr Kariadi pada Selasa 16 Februari 2021.
Berikut seluk beluk Vaksin Nusantara, selengkapnya:
1. Vaksin Nusantara tidak saingi vaksin sebelumnya
Tim peneliti Vaksin Nusantara berasal dari PT Rama Emerald Multi Sakses (Rama Pharma) bekerja sama dengan AIVITA Biomedical asal Amerika Serikat serta Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.
Terawan menegaskan bahwa kehadiran vaksin COVID-19 Nusantara bukan sebagai saingan vaksin sebelumnya. Pengembangan Vaksin Nusantara, kata Terawan, tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor HK.01.07/MENKES/2646/2020 tentang Tim Penelitian Uji Klinis Sel Dendritik SARS-CoV-2 pada tanggal 12 Oktober 2020 mengutip AntaraNews.
Diketahui, pada tanggal tersebut, Terawan masih menjabat sebagai Menteri Kesehatan RI.
2. Gunakan Metode Sel Dendritik
Salah seorang peneliti Vaksin Nusantara, Yetty Movieta Nency, mengatakan vaksin tersebut dikembangkan dengan berbasis sel dendritik autolog yang merupakan komponen dari sel darah putih. Dengan metode ini, pemberian vaksin bertujuan untuk merangsang respons imun spesifik terhadap antigen spike dari SARS CoV-2.
Sel dendritik yang telah mengenali antigen akan diinjeksikan ke dalam tubuh kembali dan akan memicu sel-sel imun lain untuk membentuk sistem pertahanan memori terhadap virus Corona.
"Prosedurnya bagaimana jadi dari subjek itu kita ambil darahnya kemudian kita ambil sel darah putihnya, kita ambil sel dendritiknya, kemudian di dalam laboratorium kita kenalkan dia dengan recombinan dari virus SARS CoV-2. Jadi kita kenalkan kemudian setelah itu sel dendritiknya menjadi pintar bisa mengenali, sudah tahu bagaimana mengantisipasi virus kemudian dia kita suntikkan kembali," kata Yetty.
3. Diklaim vaksin pertama di dunia yang kembangkan metode sel dendritik
Vaksin Nusantara berbasis sel dendritik. Yetty menyebut bahwa metode pengembangan vaksin dengan metode sel dendritik ini pertama di dunia. Selama ini teknologi sel dendritik masih dilakukan untuk pengobatan kanker melalui teknik rekombinan dengan mengambil sel, lalu dikembangkan di luar tubuh, sehingga dengan teknik tersebut, dapat dihasilkan vaksin.
Dalam dunia kedokteran, sel dendritik merupakan sel imun yang menjadi bagian dari sistem imun, dimana proses pengembangbiakan vaksin COVID-19 dengan sel dendritik akan terbentuk antigen khusus, kemudian membentuk antibodi.
Advertisement
4. Uji Klinis Fase 1 Selesai pada Januari 2021
Uji klinis fase 1 Vaksin Nusantara sudah dilakukan terhadap 27 relawan. Uji klinis fase 1 selesai pada akhir Januari 2021. Tidak ada keluhan usai vaksinasi dari para relawan.
"Fase pertama untuk mengetahui keamanan vaksin telah selesai dilaksanakan pada akhir Januari 2021 dengan hasil baik tanpa ada keluhan berat yang dirasakan oleh 27 sukrelawan vaksin," terang Yetti.
5. Uji klinis fase 2 tunggu hasil evaluasi BPOM
Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) mengawal pengembangan Vaksin Nusantara. Kini, BPOM tengah melakukan evaluasi hasil uji klinis fase 1.
"Kami Badan POM dalam tahap melakukan proses evaluasi terhadap data-data yang disampaikan," Siti Asfijah, Kepala Sub Direktorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus BPOM dalam sebuah dialog virtual bersama Change.org pada Kamis (18/2/2021).
Uji klinis fase dua bertujuan menentukan efektivitas vaksin. Bila BPOM sudah mengeluarkan evaluasi dan boleh lanjut ke fase selanjutnya yang akan diujikan kepada 180 relawan.
Lalu, bila kembali lolos bisa masuk ke uji klinis fase tiga yang melibatkan 1.600 relawan guna menentukan pengaturan dosis.
6. Kemenkes Turut Monitor Perkembangan Vaksin Nusantara
Siti Nadia Tarmizi, Juru Bicara Vaksinasi COVID-19 Kementerian Kesehatan mengatakan, Kemenkes masih memantau perkembangan uji klinis Vaksin Nusantara.
"Vaksin Nusantara masih dalam pengembangan uji klinis jadi masih di ranah para peneliti," kata Nadia yang juga Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kemenkes tersebut.
"Kami hanya memonitor perkembangan dari laporan tim peneliti," tambahnya.
7. Bila lolos semua tahap pengujian bisa produksi 10 juta vaksin per bulan
Terawan berharap agar Vaksin Nusantara bisa diproduksi secara massal apabila dinyatakan lolos uji klinis di semua tahapannya.
"Dan individual ternyata di kemudian hari bisa produk massalnya bisa mencapai 10 juta per bulan dan diperkirakan akan membuat kemandirian vaksin," katanya.
Advertisement