Manfaatkan Peluang Brexit, Indonesia Dorong Ekspor Kopi dan Kakao ke Inggris

Meski neraca perdagangan dengan Inggris surplus USD 340,6 juta pada 2020, tapi ekspor kopi, teh, dan kakao ke negara tersebut masih kecil.

oleh Andina Librianty diperbarui 18 Feb 2021, 20:15 WIB
Coffee Roaster menunjukkan biji kopi robusta yang telah disangrai atau diroasting di Mula Kopi Nusantara, BSD, Tangerang Selatan, Selasa (25/02/2020). Proses roasting akan mengalami perubahan mulai dari pengurangan kadar air, berat dan ukuran hingga perubahan warna. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Perdagangan (Kemendag) terus berusaha meningkatkan ekspor komoditas Indonesia. Kali ini, pemerintah berusaha meningkatkan ekspor produk kopi, teh, dan kakao ke Inggris, yang sekaligus memanfaatkan peluang di negara tersebut usai resmi keluar dari Uni Eropa (Brexit)

Direktur Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional Kemendag Kasan mengungkapkan, ketiga komoditas tersebut merupakan produk-produk pertanian yang tren konsumsinya mengalami peningkatan selama pandemi Covid-19. Oleh sebab itu, para pelaku usaha dinilai bisa memanfaatkan peluang pasar di Inggris, Irlandia, dan negara-negara lain.

Kendati demikian, Indonesia harus menghadapi kondisi yang menantang. Meski neraca perdagangan dengan Inggris surplus USD 340,6 juta pada 2020, tapi ekspor kopi, teh, dan kakao ke negara tersebut masih kecil.

Berdasarkan produk unggulan Indonesia yang diekspor ke Inggris pada 2020, kopi hanya sebesar 3,10 persen. Sementara teh 0,09 persen, dan kakao 0,0004 persen.

Hambatan lainnya adalah tarif ekspor dan juga situasi pandemi Covid-19. Namun Kasan melihat peluang ketiganya untuk tumbuh masih besar.

"Ada beberapa catatan mengenai tren ekspor kita ke Inggris karena selama pandmei ini semua negara terpengaruh. Fase recovery juga menjadi tantangan, tapi akan mulai ada pelonggaran jadi bisa ada peluang usaha," kata Kasan dalam webinar pada Kamis (18/2/2021).

Kasan mengatakan terlepas dari hambatan, para pelaku usaha harus bisa menyampaikan cerita dari produknya dan ini akan menjadi nilai tambah. Selain itu, juga harus mampu memenuhi keinginan konsumen.

"Mengenai hal-hal yang diinginkan oleh pembeli khususnya di pasar Inggris, ini sebuah keharusan agar produk kita bisa dapat akses yang cukup baik sehingga penjualannya meningkat," sambungnya.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Potensi

Seorang staf menuang biji kopi ke dalam mesin pembuat kopi di stan jaringan restoran cepat saji asal Kanada, Tim Hortons, di area ekshibisi Produk Makanan dan Pertanian Pameran Impor Internasional China (China International Import Expo/CIIE) ketiga di Shanghai, China timur (5/11/2020). (Xinhua/Chen

Khusus untuk kopi, pemerintah akan mendorong pelaku usaha untuk memaksimalkan potensi pasar di Inggris dan seluruh negara di Uni Eropa. Indonesia pada 2019 menempati peringkat ke-11 sebagai pemasok kopi ke Inggris dengan nilai USD 25,86 juta, atau pangsa 2,45 persen.

Sementara untuk teh, Indonesia berada di peringkat ke-20 dengan nilai USD 1,88 juta dan pangsa 0,53 persen pada 2019. Untuk kakao pada tahun yang sama, menjadi pemasok ke-6 untuk Inggris dengan nilai USD 10,7 juta dengan pangsa 1,56 persen.

Direktur Pengembangan Produk Ekspor Kemendag, Olvy Andrianita, meyakini Indonesia punya peluang besar meski performa ekspor saat ini masih kecil dengan ketiga komoditas tersebut.

"Pasar Inggris tidak pernah pudar. Kami juga mengantisipasi karena Indonesia juga tumbuh produk-prouduk baru ada white tea, black tea dan lainnya. Saya yakin ini banyak peminatnya di Eropa," tuturnya.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya