Liputan6.com, Jakarta - Sepanjang 2020, PT PP Presisi Tbk (PPRE) mencetak laba bersih Rp115 miliar. Pencapaian ini menjadi kontribusi besar secara grup.
"Sebagai gambaran saja karena masih menunggu selesai diaudit. Tapi di tahun 2020 ini Presisi masih bisa mencatatkan laba bersih konverensif sebesar Rp115 miliar. Ini menyumbang hampir 50 persen terhadap laba PT grup," kata Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso.
Benny mengaku cukup bangga dengan pencapaian tersebut. Hal ini mengingat pandemi COVID-19 membuat sektor konstruksi menurun secara menyeluruh.
Baca Juga
Advertisement
"Yang cukup surprise di sini adalah memang secara keseluruhan sektor konstruksi mengalami penurunan kinerja terutama dari sisi laba," ujar dia.
Terkait target laba bersih pada 2021, Benny menegaskan bila pencapaian yang hendak dicapai emiten berkode PPRE ini sebesar Rp130 miliar.
"Jadi kami masih harus melihat peluang peluang khususnya di blue ocean, yang sama sekali belum dijamah perusahaan konstruksi lain," tuturnya.
Benny menegaskan, perusahaan konstruksi biasanya akan mengincar proyek dari BUMN. Oleh karena itu, pihaknya harus mencari alternatif lain agar bisa mencapai target yang telah ditetapkan.
"Karena biasanya perusahaan konstrusi lagi itu lebih banyak bicaranya ke APBN kemudian ke BUMN, padahal peluang paling besar itu ada disektor pertambangan khusunya nikel karena nikel itu cukup menarik," ujar dia.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini
PP Presisi Siap Fokus Garap Nikel
Sebelumnya, memiliki target kontrak baru, PT PP Presisi Tbk (PPRE) siap ekspansi ke sektor jasa pertambangan khususnya nikel.
Direktur Keuangan PP Presisi Benny Pidakso yakin kontrak baru dari sektor nonkonstruksi mencapai 10,50 persen pada 2021.
"Setelah 10,50 persen dari total kontrak baru, ke depannya kita coba perbesar nonkonstruksi sehingga bisa di atas 50 persen. target kami saat ini masih imbang 50:50 untuk konstruksi dan nonkonstruksi," kata Benny, Kamis, 18 Februari 2021.
Emiten dengan kode PPRE tersebut juga menyebut, tambang nikel yang tengah dibidik pihaknya berlokasi di Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tenggara.
Potensi volume pekerjaan untuk tambang ini mencapai 2 hingga 4,5 juta ton setiap tahunnya. "Target di 2021 ini sebenarnya kita bisa memperbesar bisnis di luar dari grup khususnya di pertambangan nikel," tutur Benny.
Mencoba berbagai bisnis, PP Presisi sebelumnya juga fokus pada pengangkutan batu bara seperti di Kalimantan dan Sulawesi. Tak heran perusahaan ini mencoba membidik sektor pertambangan.
"Kami mencoba memanfaatkan segala sesuatunya semaksimal mungkin. Karena itu, kami juga melihat bagaimana satu jenis alat berat bisa mendatangkan pendapatan dari lini bisnis lain. Seperti eskavator untuk gali tanah di proyek bentungan bisa dipakai di proyek pertambangan batu bara, ”ujarnya.
Benny juga menegaskan pihaknya akan mencoba reboisasi di lingkungan sumur minyak bumi. Hal ini diharapkan mampu menjadi sumber pendapatanbagi perseroan.
"Kemudian kita masuk ke infrastruktur spesialis atau kontraktor spesialis seperti bisnis tanah yang terkontaminsi minyak. Jadi misalnya bekas tambang atau sumur yang sudah selesai pengeboran minyak tentu harus dilakukan reboisasi," tuturnya.
Advertisement