Liputan6.com, Jakarta - Menteri Koordinator Perekonomian, Airlangga Hartarto meyakini prospek ekonomi Indonesia di masa depan cukup menjanjikan. Apalagi pertumbuhan ekonomi Indonesia saat ini di nomor empat setelah China, Vietnam dan Korea Selatan.
Hal ini didorong oleh upaya pemulihan ekonomi nasional yang sudah berada dalam jalur yang benar.
Advertisement
“Di tengah pandemi, investasi di Indonesia masih meningkat yaitu Rp 826,3 triliun walaupun masih berada di bawah target Rp 900 triliun,” kata Menko Airlangga pada acara The 20th Indonesia Capital Market Student Studies yang diselenggarakan secara virtual, ditulis Jumat (19/2).
Dari segi capital market, rupiah mengalami perbaikan sehingga setara dengan berbagai financial currency di negara-negara ASEAN.
Kemudian, dari segi equity, jika dibandingkan dengan sebelum pandemi Covid-19 telah mengalami pemulihan yaitu pada level 6000. Harga komoditas ini didorong antara lain oleh kelapa sawit yang all time high. Ini membantu nilai tukar pekebun Indonesia.
“Berbagai sektor di capital market sudah lebih baik dari pada awal tahun 2020 sehingga ini menambah keyakinan pereknomian kita positif," ujarnya.
Dia menambahkan, lembaga-lembaga dunia juga mengkompromikan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia akan positif 4,4 persen – 4,8 persen. Sementara pemerintah sendiri menargetkan pada posisi sekitar 5 persen.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Sri Mulyani Yakin Keberadaan LPI Mampu Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Pemerintah optimis kehadiran Lembaga Pengelola Investasi (LPI) atau Indonesia Investment Authority (INA) di Tanah Air bakal mendorong laju pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini. Ekonomi domestik sendiri pada 2021 ditargetkan bisa tumbuh mencapai sekitar 5 persenan.
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati mengatakan, LPI menjadi salah satu instrumen dan kebijakan pemerintah yang digunakan untuk memulihkan perekonomian nasional akibat dampak dari pandemi Covid-19. Sebab, itu dia berharap kehadiran LPI target pertumbuhan ekonomi nasional bisa terealisasi.
"Dan kita berharap tahun ini, 2021 pertumbuhan ekonomi bisa kembali pada kisaran 4,3-5,5 persen," kata dia dalam konferensi pers di Istana Negara, Jakarta, Selasa (16/2).
Dia mengatakan, jika dilihat dari sisi komposisi, maka kerja keras di sisi Covid merupakan prasyarat, untuk pulih. Makanya pemerintah saat ini tetap harus menjaga agar Covid-19 bisa dikendalikan.
Dari sisi strategi, APBN akan menggunakan seluruh instrumen belanja dan penerimaan atau below the line untuk penyertaan modal negara.
Di mana, LPI sendiri dibentuk dengan PMN APBN secara tunai Rp 15 triliun pada tahun ini dan Rp 15 triliun tahun lalu. Sementara sisanya akan ditutupi dari inbreng saham-saham BUMN.
Secara kuantifikasinya, LPI Rp 75 triliun dibandingkan APBN yang hampir Rp 2.750 triliun atau dengan program PEN lebih dari Rp 660 triliun memang sangat jauh.
Namun dikatakan bisa dilihat dari sisi proporsionalitasnya. Artinya SWF ini komplementer yang melengkapi berbagai instrumen atau kebijakan yang sudah ada. "Bagaimana INA bekerja, makanya kita hire BOD-nya," tegas Sri Mulyani.
Reporter: Dwi Aditya Putra
Sumber: Merdeka.com
Advertisement