Liputan6.com, Jakarta Ketua Satgas COVID-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Zubairi Djoerban mempertanyakan bukti soal Vaksin Nusantara yang disebut-sebut bisa membentuk kekebalan tubuh seumur hidup terhadap virus COVID-19.
"Vaksin Nusantara ini diklaim menciptakan antibodi seumur hidup. Mana buktinya," cuit Zubairi lewat akun Twitter pribadinya @ProfesorZubairi yang Liputan6com kutip atas izin beliau.
Advertisement
Pria yang juga dokter spesialis penyakit dalam konsultan ini mengatakan bahwa vaksin Nusantara belum ada data uji klinis fase dua dan tiga.
"Data uji klinis fase duanya saja belum ada, apalagi fase tiga. Jadi, jika mau bicara klaim, tentu harus dengan data. Harus dengan evidence based medicine," tuturnya.
Dengan berbicara lewat data, hal tersebut tidak membuat masyarakat menjadi bingung.
Saat ini, Vaksin Nusantara tengah menunggu hasil evaluasi dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI mengenai hasil uji klinis fase 1 yang sudah selesai pada Januari lalu.
"Kami Badan POM dalam tahap melakukan proses evaluasi terhadap data-data yang disampaikan," Siti Asfijah, Kepala Sub Direktorat Penilaian Uji Klinik dan Pemasukan Khusus BPOM dalam sebuah dialog virtual bersama Change.org pada Kamis, 18 Februari 2021.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Simak Juga Video Berikut
Ahli Dunia Saja Belum Tahu Antibodi Vaksin Sinovac dan Pfizer Seberapa Lama
Dalam lanjutan cuitannya, Prof Beri, begitu ia karib disapa mengatakan bahwa kehadiran vaksin COVID-19 masih baru. Beberapa vaksin yang sudah mendapat izin penggunaan darurat (emergency use of authorization) seperti Sinovac di Indonesia dan di luar negeri seperti Pfizer dan Moderna belum tahu seberapa lama antibodi bertahan.
"Bahkan para ahli dunia pun belum bisa menjawab apakah baksin Moderna atau Sinovac atau Pfizer antibodinya tahan berapa lama. Tidak ada itu klaim yang mereka sampaikan bahwa antibodi dari vaksin-vaksin tersebut bisa bertahan enam bulan, satu tahun, apalagi seumur hidup," tuturnya.
Kritik ini bukannya tidak mendukung upaya anak bangsa dalam membuat vaksin COVID-19. Namun, ia berharap tim Vaksin Nusantara memperlihatkan buktinya kepada publik. "Perlihatkan kepada publik datanya. Biar tak gaduh."
Mencontohkan vaksin lain yakni vaksin influenza, Prof Beri mengatakan bahwa vaksin tersebut hanya mampu menciptakan antibodi pada tubuh sekitar setahun.
"Vaksin influenza saja bertahan kurang lebih setahun karena dipengaruhi mutasi virusnya."
Seperti diberitakan sebelumnya, Vaksin Nusantara adalah vaksin dengan inisator mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. Vaksin untuk menangkal COVID-19 yang dikembangkan berbasis sel dendritik autolog, yang merupakan komponen dari sel darah putih.
"Jadi dari subyek itu kita ambil darahnya, kemudian kita ambil sel darah putihnya, kemudian kita ambil sel dendritiknya," kata Yetty Movieta Nency dari Tim Peneliti Vaksin Nusantara seperti mengutip Antara.
Di dalam laboratorium, sel dendritik tersebut diperkenalkan dengan virus SARS-CoV-2 sehingga membuatnya menjadi mengenali dan mengantisipasi virus, untuk kemudian disuntikkan kembali.
"Kelebihannya salah satunya pada vaksin ini, tidak ada komponen virus yang masuk lagi ke tubuh manusia. Karena yang kita suntikan kembali adalah sel dendritik yang sudah pintar tadi," Yetty menambahkan.
Advertisement