Liputan6.com, Jakarta - Alat pendeteksi COVID-19, GeNose C19, telah mendapat izin edar dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) pada 24 Desember 2020, dan pada hari ini, Jumat (19/2/2021), resmi diluncurkan sebagai bagian dari revitalisasi sektor pariwisata domestik.
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa alat buatan para ahli Universitas Gadjah Mada (UGM) tersebut efektif melakukan 100 ribu pengujian COVID-19 melalui embusan napas, dengan waktu deteksinya 50 detik per tes untuk efektivitas 93--95 persen.
Harga alat GeNose C19 tercatat Rp60 juta untuk 100 ribu tes. Kendati terbilang ekonomis, fakta bahwa sektor pariwisata dan ekonomi kreatif (parekraf) tengah ngos-ngosan bertahan dari dampak krisis kesehatan global juga tak bisa diabaikan.
Baca Juga
Advertisement
Karenanya, Menristek Bambang menyebut beberapa solusi terkait pengadaan alat GeNose C19 bagi pelaku parekraf. "Bisa dibuat skema membeli secara kolektif," katanya dalam acara peluncuran Alat GeNose C19 untuk Kepariwisataan Indonesia.
Dalam kasus ini, ujar Bambang, asosiasi parekraf punya beberapa alat GeNose C19, dan pemakaiannya disesuaikan kebutuhan. "Misal, saat pameran, bisa sediakan beberapa alat GeNose," tuturnya.
Kemudian, sambungnya, satu atau beberapa alat GeNose C19 juga bisa ditempatkan di satu sentra industri. "Jadi, tidak per retail. Karena alaminya, alat ini memang ditujukan pada tempat umum, bukan ruang pribadi," ungkap Bambang.
Sementara itu, Kepala Produksi Konsorsium GeNose C19, Eko Fajar Prasetyo, mengatakan bahwa sangat mungkin ada skema untuk memudahkan pengadaan alat GeNose C19 bagi pihak-pihak yang membutuhkan, namun terhalang bujet.
"Ada beberapa lembaga yang sudah memberikan (alat GeNose C19) pada pihak yang membutuhkan. Tinggal hubungi saya, nanti bisa dikomunikasikan ke mitra, sangat memungkinkan ada skema-skema seperti itu," ia menjelaskan di kesempatan yang sama.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Terbuka pada Opsi Lebih Ramah Lingkungan
Bambang mengatakan, keberadaan plastik yang jadi bagian dalam pengujian COVID-19 ditegaskan harus dipantau dengan baik. "Nantinya semoga ada bahan lain yang lebih ramah lingkungan dari plastik untuk jadi bagian dari screening GeNose," tuturnya.
Di samping alternatif komponen, ia juga menyarankan adanya teknologi untuk mengolah limbah plastik hasil pemeriksaan GeNose C19. "Misal, nantinya bisa jadi plastik kembali atau sumber energi," katanya.
Soal kapasitas, UGM dilaporkan telah bekerja sama dengan lima perusahaan untuk memproduksi seribu unit alat GeNose C19 per minggu. Ke depan, kata Bambang, mereka akan memfasilitasi tim UGM dan mitra untuk meningkatkan jumlah produksi.
Per 5 Februari 2021, alat GeNose C19 menjadi alternatif cara deteksi COVID-19 di dua stasiun kereta api, yakni Stasiun Senen dan Stasiun Yogyakarta. Keberadannya disebut akan diperluas secara bertahap di stasiun-stasiun lain. Sementara dari dunia perhotelan, jaringan Accor Group di Indonesia juga telah menggunakan alat deteksi COVID-19 tersebut.
Advertisement