Liputan6.com, Jakarta - Kasus COVID-19 di seluruh dunia mencapai angka 110,6 juta kasus pada Sabtu (20/2/2021). Jumlah itu masih sama dari sehari sebelumnya.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, berikut lima negara dengan kasus COVID-19 tertinggi:
Advertisement
1. Amerika Serikat: 27,9 juta kasus
2. India: 10,9 juta
3. Brasil: 10 juta
4. Inggris: 4,1 juta
5 Rusia: 4 juta
Angka kematian di seluruh dunia telah mencapai 2,4 juta. AS memiliki angka tertinggi, yakni 495 ribu kasus kematian dengan jumlah kematian tertinggi berasal dari California dan New York.
Kasus Indonesia sejumlah 1,2 juta, sementara di Malaysia mencapai 277 ribu kasus, dan Filipina mencatat 557 ribu kasus.
Arab Saudi memiliki 374 ribu kasus. Israel yang sedang gencar melakukan vaksinasi COVID-19 berhasil menahan kasus baru di kisaran 700 ribuan, kasus terkini di negara itu adalah 744 ribu.
** #IngatPesanIbu
Pakai Masker, Cuci Tangan Pakai Sabun, Jaga Jarak dan Hindari Kerumunan.
Selalu Jaga Kesehatan, Jangan Sampai Tertular dan Jaga Keluarga Kita.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Inggris Akan Sumbang Surplus Vaksin COVID-19 ke Negara Berkembang
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mendukung gagasan berbagi vaksin COVID-19 yang surplus ke negara-negara berkembang. Vaksin akan diberikan melalui fasilitas COVAX.
Surplus tersebut bukan dari vaksin yang existing, melainkan yang akan diproduksi ke depannya. Hal tersebut bakal menguntungkan Indonesia yang juga menjadi penerima vaksin dari COVAX.
"Indonesia adalah salah satu dari 92 negara yang dapat menerima vaksin melalui COVAX, maka kemungkinan besar bisa menjadi salah satu negara yang mendapat untung dari pemberian ini," ujar Duta Besar Inggris untuk Indonesia, Owen Jones, dalam keterangan resmi, Jumat (19/2).
Pemerintah Inggris berharap sudah dapat menghitung jumlah vaksin surplus pada akhir tahun ini. PM Johnson meminta agar produksi vaksin dipersingkat dari 300 hari menjadi 100 hari.
Target 100 hari bukan sekadar janji, melainkan saran dari Coalition for Epidemic Preparedness Innovations (CEPI). Tokoh-tokoh dari sektor industri dan kesehatan juga menyarankan G7 untuk mempercepat produksi vaksin dan obat-obatan di pandemi COVID-19.
Advertisement
Prancis Menyerukan Hal Serupa
Presiden Prancis, Emmanuel Macron, meminta jatah 5 persen vaksin COVID-19 agar diberikan ke negara-negara berkembang. Ia menilai kegagalan berbagi vaksin secara merata bisa memperparah situasi pandemi.
Gagasan itu diberikan Presiden Macron sebelum pertemuan virtual G7. Mengalokasikan 5 persen vaksin dianggap lebih cepat.
"Kita tak langsung membahas miliaran dosis atau miliran euro ... Ini tentang secara cepat mengalokasikan 4-5 persen dosis vaksin yang kita miliki," ujar Presiden Macron kepada Financial Times, dikutip BBC, Jumat (19/2).
Macron menjelaskan, alokasi persenan tersebut tidak akan berdampak pada kampanye vaksinasi di negaranya, namun ia meminta tiap negara kompak menyediakan alokasi.
Presiden Macron berkata Kanselir Jerman Angela Merkel setuju pada program bagi-bagi vaksin COVID-19.
"Tiap negara harus menyiapkan sebagian kecil dosis yang dimiliki agar dapat mentransfer puluhan juta, tetapi secara cepat, sehingga orang-orang di lapangan bisa melihat hasilnya," kata Macron.
Infografis COVID-19:
Advertisement