Liputan6.com, Jakarta Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan banjir yang terjadi di sejumlah wilayah Jabodetabek pada 18 sampai 20 Februari diakibatkan curah hujan ekstrem yang terjadi dalam 24 jam.
"Selama dua hari terakhir, 18 sampai 19 Februari 2021, wilayah Jabodetabek diguyur hujan secara merata dengan intensitas lebat hingga sangat lebat. Lebat lebih dari 50 milimeter, dan sangat lebat 100-150 milimeter, dengan kondisi cuaca hujan ekstrem," kata Dwikorita dalam konferensi pers daring, Sabtu (20/2/2021).
Advertisement
"Jadi plus kondisi ekstrem, yaitu curah hujan lebih dari 150 milimeter. Semua dalam waktu 24 jam," lanjut dia.
Dwikorita menuturkan, ada tiga faktor penyebab terjadinya hujan ekstrem di Jabodetabek yang membuat banjir. Pertama serakan udara dari Asia pada 18 dan 19 Februari.
"Dua, adanya aktivitas gangguan atmosfer di zona ekuator, sehingga ada pelambatan dan pertemuan angin dari utara berbelok tepat di Jabodetabek," kata dia.
Ketiga, adanya tingkat labilitas dan kebasahan udara di sebagian besar wilayah Jawa bagian barat yang cukup tinggi.
"Hal ini meningkatkan potensi awan hujan di Jabodetabek," jelas Dwikorita.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Gas Rumah Kaca
Dwikorita menilai, salah satu penyebab terjadinya cuaca ekstrem karena meningkatnya gas rumah kaca. Diantaranya, seperti karbon dioksida dari bahan bakar.
"Salah satu penyebabnya akan terlihat karena meningkatnya gas konsentrasi rumah kaca yang ada di atmosfer, gas rumah kaca antara lain C02, C02 itu alihan pembakaran fosil fuel akibat dari kegiatan industri, transportasi, penggundulan dan seterusnya," kata dia.
Advertisement