Menkes Soal Vaksin Covid-19 Mandiri: Jangan Ada Persepsi Orang Kaya Bisa Duluan

Vaksin mandiri tidak menghilangkan hak masyarakat untuk mendapatkan vaksin Covid-19 secara gratis.

oleh Andina Librianty diperbarui 20 Feb 2021, 16:30 WIB
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. (Istimewa)

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes), Budi Gunadi Sadikin, mengatakan Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) mengenai vaksin gotong royong atau mandiri sedang disiapkan. Dalam penerapan vaksinasi mandiri oleh pihak swasta nanti, ada beberapa panduan yang ditegaskan pemerintah.

Panduan pertama, kata Budi, vaksin mandiri tidak menghilangkan hak masyarakat untuk mendapatkan vaksin Covid-19 secara gratis.

"Ada prinsip dasar bahwa vaksin itu diberikan gratis ke seluruh rakyat Indonesia dari pemerintah, dan merupakan hak mereka. Jadi walaupun ada vaksin gotong royong tidak menghilangkan hak mereka untuk dapat vaksin gratis," jelas Budi dalam konferensi virtual pada Sabtu (20/2/2021).

Hal kedua, vaksinasi Covid-19 gotong royong ini merupakan hasil kerja sama pemerintah dengan seluruh pemangku kepentingan termasuk pihak swasta. Tujuannya untuk mempercepat vaksinasi nasional.

Semakin cepat vaksinasi, maka akan semakin baik. Menurut Budi, jangan sampai kekebalan tubuh masyarakat yang divaksin selesai, tapi program vaksinasi belum selesai.

"Karena sampai sekarang belum ada bukti ilmiah pasti, yang menyatakan berapa lama vaksin ini bisa memberikan kekebalan tubuh," tuturnya.

Prinsip ketiga, vaksinasi mandiri jangan sampai memberikan persepsi bahwa orang kaya akan didahulukan. "Jangan sampai pemberian vaksin ini bisa membuka persepsi bahwa yang kaya bisa duluan," sambungnya.

Budi pun menegaskan bahwa vaksinasi Covid-19 bukan merupakan konsep bisnis. Ia melihat di seluruh dunia tidak ada yang menjadikan vaksinasi ini sebagai bisnis untuk diperjualbelikan.

"Jadi dengan demikian, konsepnya lebih pada kita mengajak membangun mekanisme gotong royong. Semua pemangku kepentingan melakukan vaksinasi bagi seluruh rakyat," jelas Budi.

Budi menegaskan untuk menyelesaikan masalah pandemi dibutuhkan kerja sama semua pihak. Hal ini tidak bisa dilakukan secara eksklusif oleh pemerintah, tapi harus melibatkan seluruh komponen masyarakat.

Load More

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:


Vaksin Merah Putih Dorong Indonesia Mandiri dan Buka Peluang Ekspor

Petugas medis menunjukkan jarum suntik dan vaksin Covid-19 di Puskesmas Cengkareng, Jakarta Barat, Selasa (9/2/2021). Kementerian Kesehatan memulai vaksinasi Sinovac untuk tenaga kesehatan di atas 60 tahun setelah BPOM mengeluarkan izin penggunaan vaksin untuk lansia. (Liputan6.com/Fery Pradolo)

Indonesia saat ini tengah berusaha untuk mandiri dalam pengadaan vaksin Covid-19. Kehadiran vaksin merah putih diharapkan bisa mewujudkan hal tersebut.

Vaksin merah putih ini dikembangkan oleh konsorsium nasional yang melibatkan Lembaga Biologi Molokuler Eijkman, perguruan tinggi, dan lembaga-lembaga penelitian lain. Untuk proses pengujian seperti praklinik dan uji klinik dilakukan oleh perusahaan BUMN, PT Bio Farma (Persero).

Eijkman akan mengirimkan bibit vaksin Covid-19 kepada Bio Farma pada Maret 2021 untuk proses pengujian lebih lanjut, termasuk praklinik dan uji klinik.

Ketua Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 Kemenristek, Ali Ghufron Mukti, mengatakan untuk tahap awal vaksin merah putih nantinya akan memenuhi kebutuhan dalam negeri terlebih dahulu. Namun rencana ke depan juga untuk diekspor ke luar negeri.

"Untuk kebutuhan dalam negeri kita penuhi terlebih dahulu, lalu kita juga berorientasi ekspor. Karena sekarang kita belum bisa memenuhi sendiri, masih impor," kata Ghufron dalam diskusi daring Vaksinasi Kian Meniti, Indonesia Bebas Pandemi, pada Selasa (9/2/2021).

Kemandirian Indonesia dalam vaksin ini dinilai sangat penting. Salah satunya karena nilai ekonomi dari vaksin tersebut yang sangat besar, sehingga akan sangat penting untuk perekonomian di masa depan.

"Vaksin ini adalah bisnis besar, maka kita harus mampu mandiri. Jadi kemandirian bangsa ini sangat penting untuk ekonomi karena ekonomi yang bagus adalah yang berbasis inovasi," jelasnya.

Tidak hanya soal vaksin, bahkan untuk peralatan kesehatan pun Indonesia dinilai harus bisa mandiri.


Tak Tergantung Impor

Ilustrasi penelitian vaksin Covid-19. Prasesh Shiwakoti/Unsplash

Juru Bicara Vaksinasi PT Bio Farma (Persero), Bambang Heriyanto, menambahkan bahwa Bio Farma sangat berharap Indonesia bisa mandiri dengan memproduksi vaksin meraha putih untuk menggantikan impor. Bukan hanya dalam pengembangan vaksin, tapi juga memproduksinya di dalam negeri.

Bio Farma, kata Bambang, terus berkomunikasi dengan konsorsium riset dan inovasi Covid-19 untuk mendukung pengembangan vaksin merah putih.

"Kita memang harus mandiri di atas kaki sendiri untuk bisa memproduksi. Bio Farma dengan kemampuan yang ada saat ini mudah-mudahan bisa menyinergikan apa yang dilakukan lembaga pemerintah dan perguruan tinggi dalam berbagai berbagai riset vaksin Covid-19," jelasnya.

"Sehingga selain kebutuhan dalam negeri, kita juga bisa ekspor untuk negara-negara yang membutuhkan vaksin," sambungnya.

Terlepas dari kehadiran vaksin Covid-19, Bambang menegaskan agar masyarakat terus menjalankan protokol kesehatan agar bisa keluar dari pandemi ini.

"Jangan sampai lengah dengan adanya vaksin, karena harus tetap menjaga protokol kesehatan dan pola hidup bersih," tuturnya. 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya