Ritual Makan Hewan Liar dalam Latihan Militer Thailand-AS Dikritik Organisasi Hak Binatang

Dalam acara tahunan Cobra Gold, para tentara melakukan ritual membunuh dan mengkonsumsi hewan liar.

oleh Liputan6.com diperbarui 22 Feb 2021, 08:02 WIB
Marinir AS menonton marinir Korea Selatan mengeluarkan air dari pohon anggur selama latihan militer gabungan Cobra Gold antara militer AS dan Thailand di Chonburi, Thailand (19/2). (AFP Photo/Lilian Suwanrumpha)

Liputan6.com, Thailand - Organisasi hak-hak hewan dari Amerika, People for the Ethical Treatment of Animals atau PETA, mengirim surat kepada Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Thailand, Prayut Chan-o-cha dalam upaya untuk menghentikan pembunuhan dan mengomsumsi hewan liar selama pelatihan militer internasional Cobra Gold yang diselenggarakan setiap tahun di negara tersebut.

Dikutip dari Mashable SE Asia, Minggu (21/2/21), Cobra Gold adalah sebuah upaya kolaborasi antara antara angkatan bersenjata Thailand dan Amerika Serikat yang mengundang personal militer dari seluruh dunia untuk hadir.

Dalam acara tahunan tersebut, ada sebuah ritual populer dimana para tentara membunuh dan mengkonsumsi hewan hidup selama segmen pelatihan bertahan hidup di hutan.

PETA mendesak pihak berwenang Thailand untuk mengakhiri ritual tersebut.

Walaupun militer Thailand memasarkan pelatihan ini mempersiapkan tentara untuk dapat bertahan hidup di hutan, PETA sendiri berpendapat bahwa latihan ini dapat menimbulkan ancaman penyakit zoonosis yang mirip dengan COVID-19.

Load More

Acara Biadab untuk Membangun Persahabatan

Anggota Marinir AS meminum darah ular kobra saat latihan militer gabungan Cobra Gold antara militer AS dan Thailand di Chonburi, Thailand (19/2). Saat latihan para marinir meminum darah kobra untuk bertahan hidup. (AFP Photo/Lilian Suwanrumpha)

Menurut PETA, berbagai pejabat telah mengakui bahwa pelatihan ini dilakukan untuk "membangun persahabatan di antara pasukan dengan cara yang menyerupai ritual perpeloncoan yang biadab."

PETA juga menunjukkan bahwa dalam pelatihan tersebut, king kobra -- spesies yang memiliki status populasi sudah rentan, sering menjadi korban dalam ritual itu.

Saat Cobra Gold tahun lalu, telah dilaporkan bahwa ada ayam hidup yang dibunuh oleh tangan kosong, tokek yang dikuliti hidup-hidup, serta kalajengking dan tarantula hidup yang langsung dimakan.

Wakil Presiden Senior PETA juga mengatakan bahwa selain menimbulkan risiko penyakit yang berbahaya, Cobra Gold juga melibatkan hewan dengan cara yang kejam dan tidak praktis. "Karena itu, PETA mendesak Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha untuk menyerukan diakhirinya pembunuhan haus darah hewan selama Cobra Gold, yang menodai kehormatan Thailand, membahayakan kesehatan masyarakat, dan membahayakan spesies yang rentan terhadap kepunahan."

Karena pandemi COVID-19, Cobra Gold 2021 ditunda hingga Agustus.

 

Reporter : Paquita Gadin


Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya