Liputan6.com, Jakarta - Singapura menempati urutan keempat secara global untuk tingkatan kesopanan daringnya menurut laporan Microsoft terbaru di Digital Civility Index (DCI).
Hal tersebut membuat Singapura menjadi negara tersopan dalam dunia daring secara regional di Asia Tenggara.
Advertisement
Dikutip dari Mashable SE Asia, Minggu (21/2/2021), laporan tersebut mencakup 16.000 responden dari 32 negara yang mengukur kualitas interaksi secara daring yang dialami pada tahun 2020.
Singapura naik empat peringkat dan menempati peringkat ke-empat, menggantikan Malaysia yang sebelumnya menduduki peringkat tersebut.
Survei dalam studi itu melibatkan remaja hingga orang dewasa dari masing-masing negara dengan Belanda, Inggris dan Amerika Serikat mengambil tiga tempat teratas.
Sistem penilaian laporan tersebut berkisar dari skala nol hingga 100, dengan skor yang lebih rendah setara dengan eksposur lebih rendah terhadap risiko dalam dunia daring yang menghasilkan tingkat kesopanan lebih tinggi.
Awalnya, negara mulai dari 100 poin.
Peningkatan DCI di Singapura sebagian besar merupakan remaja yang menyumbang -7 poin dan orang dewasa dengan -1 poin.
Hal tersebut mengakibatkan penurunan signifikan yang disebabkan oleh interaksi negatif secara daring sebesar -6 poin.
54% dari responden Singapura mengatakan bahwa mereka membela diri atau berhenti saat ingin membalas seseorang yang mengutarakan sesuatu yang mereka tidak setujui.
Namun, tiga risiko daring yang dihadapi oleh warga Singapura adalah hoax dan penipuan yang menghasilkan +4 poin, ujaran kebencian dengan -2 poin, dan diskriminasi -1 poin.
Untuk cyberbullying, 20% responden mengatakan bahwa mereka menjadi sasaran bullying, dan 34% mengatakan bahwa mereka terlibat dalam insiden bullying.
41% kaum milenial menjadi yang paling terdampak dalam kasus ini.
Tiga dari sepuluh warga Singapura mengatakan bahwa kesopanan dalam dunia daring memburuk selama pandemi COVID-19 karena adanya peningkatan hoax dan informasi yang menyesatkan.
Indonesia Menduduki Peringkat Bawah
Indonesia sendiri menduduki posisi paling terakhir di Asia Tenggara atau di posisi 29 dari total 32 negara yang disurvei Microsoft.
Remaja Indonesia tidak memberikan kontribusi apapun terhadap skor Indonesia selama 2020.
Angka penurunan DCI Indonesia sepenuhnya didorong oleh orang dewaa yang menambahkan 16 poin.
Tiga risiko terbesar Indonesia dalam dunia daring adalah hoax dan penipuan dengan +13 poin, ujaran kebencian +5 poin, dan diskriminasi dengan -2 poin.
Tetapi, empat dari sepuluh orang mengatakan bahwa kesopanan dalam dunia daring menjadi lebih baik selama COVID-19 karena rasa kebersamaan yang lebih besar dan lebih banyak yang saling membantu.
Namun, hampir lima dari sepuluh orang terlibat dalam insiden intimidasi dengan 19% responden mengatakan bahwa mereka telah menjadi sasaran.
Negara-negara di Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia yang dibawah Singapura memiliki total 63 poin. Empat poin lebih buruk daripada tahun sebelumnya.
Di Malaysia, sebagian besar orang dewasa berkontribusi terhadap penurunan poin tersebut dengan angka sebanyak +6. Para remaja juga menambahkan +2 poin.
Setelah Malaysia, Thailand memiliki total 69 poin.
Thailand adalah negara yang baru ditambahkan di studi ini pada tahun 2020 sehingga belum banyak informasi tentang tahun-tahun sebelumnya.
Tiga risiko dalam dunia daring Thailand adalah interaksi yang tidak diinginkan, agresi mikro atau serangan verbal tidak langsung, dan sexting yang tidak diinginkan.
50% sumber risiko berasal dari orang asing dan generasi Gen Z di Thailand adalah yang paling terdampak dari cyberbullying pada tahun 2020.
Dalam DCI 2020, Vietnam mengalami peningkatan terbesar keempat secara global setelah Peru (-7), Chili (-8), dan Kolombia (-10) dengan total 72 poin.
Para remaja Vietnam berkontribusi paling besar dengan -11 poin dan orang dewasa -1 poin.
Sama seperti Singapura, risiko dalam dunia daring Vietnam adalah hoax dan penipuan dengan +6 poin, ujaran kebencian +8 poin, dan diskriminasi +4 poin.
Reporter : Paquita Gadin
Advertisement