12 Perusahaan Jepang Hentikan Bisnis yang Gunakan Kerja Paksa Uighur

Kasus pelanggaran HAM pada komunitas Uighur membuat perusahaan Jepang mengambil langkah tegas.

oleh Tommy K. Rony diperbarui 22 Feb 2021, 13:07 WIB
Massa sejumlah ormas Islam membawa poster saat aksi bela Uighur di depan Kedutaan Besar China, kawasan Kuningan, Jakarta, Jumat (27/12.2019). Mereka memprotes dugaan pelanggaran Hak Asasi Manusia (HAM) oleh pemerintah China kepada etnis muslim Uighur di Xinjiang. (Merdeka.com/Imam Buhori)

Liputan6.com, Tokyo - 12 perusahaan besar di Jepang menyetop kegiatan bisnis bersama perusahaan-perusahaan China yang diketahui diuntungkan dengan kerja paksa buruh Muslim Uighur di Xinjiang. Sebelumnya, Inggris dan Amerika Serikat juga telah membatasi impor dari wilayah tersebut.

Dilaporkan Kyodo, Senin (22/2/2021), 12 perusahaan itu termasuk Uniqlo, Sony, dan Hitachi. Akhir 2021, Toshiba juga akan menghentikan kontrak dengan mitra bisnis yang disebut terlibat kerja paksa, meski berkata tak bisa membuktikan klaim tersebut.

Ryohin Keikaku Co juga menyetop penjualan kapas bersama mitranya dari Uighur. Perusahaan sempat menyebut kapasnya sudah disertifikasi oleh pihak ketiga. 

Ke depannya, 12 perusahaan itu akan menghentikan atau mempertimbangkan untuk mengentikan bisnis dengan mitra yang ketahuan menggunakan kerja paksa.

Tahun lalu, Australian Strategic Policy Institute berkata ada lebih dari 80 perusahaan global yang secara langsung atau tidak langsung diuntungkan dari pelangggaran HAM yang menimpa buruh Uighur.

Ada 14 perusahaan Jepang yang disebut, namun mereka membantah melakukan bisnis secara langsung dengan pihak-pihak yang terlibat kerja paksa, serta ada yang berkata tidak bisa memverifikasi klaim tersebut. Nama Panasonic juga disebut, tetapi menolak berkomentar.

 

Load More

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:


AS Nyatakan China Lakukan Genosida Terhadap Muslim Uighur

Topeng bendera Turkestan Timur yang dipakai peserta Aksi Save Uighur selama CFD, Jakarta, Minggu (22/12/2019). Aksi digelar sebagai bentuk peduli terhadap muslim Uighur di Xinjiang yang diduga hingga saat ini terus mengalami tindakan kekerasan oleh pemerintah China. (merdeka.com/Iqbal S. Nugroho)

Amerika Serikat (AS) pada Selasa (19/1) menyatakan bahwa China melakukan genosida terhadap masyarakat Uighur dan sebagian besar warga Muslim lainnya dari etnis tersebut.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo, pada hari terakhirnya menjabar, secara dramatis meningkatkan tekanan atas penahanan kalangan minoritas di China.

"Saya yakin genosida ini sedang berlangsung, dan kami menyaksikan upaya sistematis untuk menghancurkan Uighur oleh negara-partai China," sebut Menlu Pompeo, seperti dikutip dari AFP, Rabu (20/1).

"Kami tidak akan tinggal diam. Jika Partai Komunis China diizinkan untuk melakukan genosida dan kejahatan terhadap kemanusiaan pada rakyatnya sendiri, bayangkan apa yang akan berani dilakukan oleh dunia luar, dalam waktu yang tidak terlalu lama," tandasnya. 

Menlu Pompeo juga mendesak semua badan internasional termasuk pengadilan untuk menangani kasus-kasus terkait tindakan China terhadap masyarakat Uighur dan menyuarakan keyakinan bahwa AS akan terus meningkatkan tekanan.

Diketahui bahwa beberapa kelompok HAM mempercayai setidaknya satu juta orang Uighur dan Muslim lainnya berada dalam penahanan dan kamp-kamp di wilayah barat Xinjiang.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya